Muara Teweh (ANTARA News) - Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah, tahun ini membangun pabrik pengolahan karet (crumb rubber) dan minyak sawit mentah (CPO) dengan senilai investasi Rp6,5 miliar.

"Pabrik karet dan CPO mini itu nanti berfungsi sebagai sarana pendidikan dan produksi," kata Bupati Barut Achmad Yuliansyah di Muara Teweh, Senin.

Kedua pabrik hasil perkebunan tersebut dibangun di kawasan Kelurahan Jingah Kecamatan Teweh Tengah yang dikelola Yayasan Batara melalui perguruan tinggi Politeknik Muara Teweh.

Dari investasi Rp6,5 miliar itu, Rp3 miliar di antaranya untuk membangun pabrik pengolahan karet setengah jadi yang berkapasitas puluhan ton perhari dan Rp3,5 miliar lagi untuk mendirikan pengolahan CPO yang berkapasitas 5 ton per jam.

Dana untuk pembangunan dua pabrik tersebut diambil dari anggaran peningkatan sarana dan prasarana Politeknik Muara Teweh bantuan APBD Barut dan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) yang seluruhnya berjumlah Rp60,5 miliar.

"Jadi anggaran pembangunan sarana kampus itu sebagian dialokasikan untuk pabrik karet dan CPO," katanya didampingi Direktur Politeknik Muara Teweh, Abdul Hakim MAP.

Bupati menjelaskan, pabrik karet dan CPO ini selain sebagai sarana praktik mahasiswa yang mengambil program studi (prodi) pengolahan hasil perkebunan, juga dimanfaatkan untuk produksi dengan memanfaatkan bahan baku dari perkebunan rakyat.

Menurut Bupati, luas tanaman karet yang dibudiyakan masyarakat di enam kecamatan di Barito Utara sekitar 52.970 hektar, sedangkan perkebunan kelapa sawit mencapai 500 hektar.

Ratusan hektar kebun sawit ini murni diusahakan masyarakat diluar dari kelompok kemitraan maupun program revitalisasi PT Antang Ganda Utama (AGU).

Pengadaan bahan baku untuk dua pabrik itu nantinya akan ditangani langsung oleh mahasiswa dengan cara "jemput bola" ke petan, katanya.

Selama ini para petani karet di Barut masih tergantung kepada tengkulak dalam memasarkan hasil panennya sehingga pendapatan yang diterimanya kurang maksimal karena harganya terlalu murah.

"Diharapkan pabrik juga sebagai pancingan bagi investor atau perusahaan daerah yang mau menanamkan investasinya untuk pabrik skala sedang atau besar dan dapat menekan permainan para tengkulak yang dapat merugikan pendapatan petani," tandas Achmad Yuliansyah.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009