Jakarta (ANTARA News) - Alumni Teknik Industri ITB tahun 1972 yang juga mahasiswa doktoral ilmu komunikasi Universitas Padjajaran, Agnita Singedekane Irsal meminta alamaternya bersikap terbuka dan jujur mengenai penganugerahan doktor honoris causa yang akan diberikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Hendaknya ITB bersikap terbuka, jujur dan tetap mempertahankan independensi keilmuan," kata Agnita yang juga Wakil Sekjen PDI Perjuangan, di Jakarta, Senin.
ITB berencana memberikan gelar doktor honoris causa kepada Yudhoyono pada Dies Natalis yang berlangsung 2 Maret mendatang.
Agnita mengatakan, walau ia memegang jabatan di suatu partai, namun kritikannya kali ini tidak ada kaitannya dengan ranah politik tetapi lebih kepada kegelisahan sebagai insan kampus yang diajarkan nilai-nilai akademis
"Sebagai alumni, saya menyesalkan almamater saya yang secara sembrono memberikan anugerah di saat menjelang pemilu 2009. Ada apa ini? Kriteria bagi pemegang doktor honoris causa haruslah jelas," katanya.
Ia mengatakan, penganugerahan doktor honoris causa yang akan diberikan almamaternya kepada Yudhoyono patut dipertanyakan mengingat belum jelas prestasinya selama ini.
Agnita yang memperoleh S2 dari Magister Ilmu Komunikasi Unpad mengatakan, jika yang dianugerahi adalah sosok yang mumpuni seperti Bung Karno dan Bung Hatta tentu tidaklah menjadi soal.
Diberitakan, ITB akan memberikan gelar tersebut kepada Yudhoyono karena dinilai berhasil dalam bidang teknologi.
Rencana itu sudah mendapat persetujuan dari senat dan pertimbangan dari Majelis Guru Besar ITB.
Salah satu anggota senat, Prof Hasanuddin mengatakan, rencana tersebut sebetulnya sudah melalui proses dua tahun.
Ia membantah gelar tersebut berbau politis karena ITB tidak mau diseret ke ranah politis.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009