Rencana bantuan Jepang tersebut terungkap dalam pertemuan dengan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel bersama pihak terkait termasuk dengan pengelola kepariwisataan, kata Ketua Asita Kalsel, Dra Hj Armistiyani, Senin.
Pihak Asita Kalsel menyambut gembira rencana pelestarian hutan mangrove Pulau kembang tersebut, karena disana merupakan objek wisata andalan Kalsel terdapat ribuan kera abu-abu yang jinak menjadi objek wisatanya.
Selain itu, Pulau Kembang juga merupakan habitat kera Bekantan (Nasalis larvatus) yang selama ini menjadi maskot Kalsel, yang harus dilestarikan.
Bukan hanya kera terdapat di kawasan hutan yang merupakan delta di Sungai Barito tersebut, tetapi juga terdapat puluhan species burung, species biawak, ular, dan satwa lainnya.
Kawasan objek wisata yang paling dekat dengan Kota Banjarmasin tersebut belakangan sudah mulai terganggu setelah adanya dok kapal serta lokasi bertambatnya tongkang-tongkang pengangkut batubara berbobot besar hingga sisi pulau itu mulai rusak.
Padahal objek wisata Pulau Kembang yang dikenal punya lagenda dalam kehidupan etnis China tersebut harus dilestarikan agar objek itu kian menarik bagi wisatawan.
Oleh karena itu adanya keinginan JICA Jepang itu harus direspon positip sekaligus didukung keinginan itu.
Kedua orang dari JICA Jepang mengikuti dalam pertemuan tersebut, dan berjanji akan segera menerjukan peneliti untuk mengetahui kondisi kawasan hutan mangrove Pulau Kembang.
Dari hasil penelitian itulah nantinya pihak Jica bisa mengambil langkah selanjutnya dalam upaya pelestarian, kata Armistiyani seraya menyatakan kurang ingat nama jelas JICA Jepang tersebut.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009