Jakarta  (ANTARA News) -  Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Senin pagi, merosot tajam mendekati angka Rp11.800 per dolar AS, karena pelaku pasar terus memburu dolar AS sehubungan mereka tidak percaya untuk memegang rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun tajam menjadi Rp11.790/12.010 per dolar dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp11.376/11.400 atau melemah 414 poin.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin, mengatakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap rupiah merupakan faktor utama bagi mata uang Indonesia itu terus terpuruk.

Apalagi paket stimulus yang direncana pemerintah sebesar Rp71,2 triliun yang hari ini akan dibahas di DPR ini dalam upaya memicu pertumbuhan ekonomi nasional apakah dapat disetujuai DPR, katanya.

Ia mengatakan, paket stimulus itu bertujuan meningkatkan pertumbuhan sektor riil agar daya beli masyarakat meningkat.

Selain itu, pemerintah juga mencari pinjaman baru dari luar negeri dan menerbitkan obligasi baik lokal mapun eksternal untuk membangun proyek-proyek baru untuk menekan angka pengangguran, ucapnya.

Namun, lanjut Edwin, polemik negatif dari akan dikeluarkannya paket stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mengakibatkan rupiah makin tertekan.

Pelaku pasar lebih cenderung memegang dolar ketimbang rupiah, apalagi pasokan dolar ke pasar domestik cenderung berkurang, karena sebagian pelaku asing sudah menarik dananya yang akan diinvestasikan di negaranya sendiri.

"Kami optimis masih akan mengalami koreksi harga, akibat masih tingginya tekanan negatif pasar, " tuturnya.

Meski demikian, menurut dia, rupiah kemungkinan akan mendapat dukungan dari BI dengan masuk ke pasar melepas cadangan dolarnya agar tekanan tersebut bisa berkurang.

"Kami memperkirakan BI akan melakukan intervensi pasar melihat tekanan pasar cukup besar. BI juga khawatir rupiah makin terpuruk dan mendekati angka Rp12.000 per dolar apabila otoritas moneter tidak masuk pasar," ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2009