ada anggota DPR perempuan yang tidak paham soal gender

Jakarta (ANTARA) - Salah satu pendiri komunitas Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) Empowerment Melli Darsa mendorong perlunya perempuan berdaya karena dapat ikut menentukan kemajuan suatu bangsa.

"Semua negara maju itu pasti karena perempuannya berdaya. Berdaya secara politik, ekonomi dan lainnya," kata Melli dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.

Dalam diskusi bertema "Perempuan dan Keadilan di Indonesia", pendiri firma hukum Melli Darsa & Co tersebut mengatakan keberdayaan perempuan itu erat kaitannya dengan isu kesetaraan gender.

Baca juga: IBCWE sebut kesetaraan gender dalam sektor ekonomi belum berimbang
Baca juga: IBCWE dorong asesmen kesetaraan gender di tempat kerja

Kesetaraan gender, kata dia, harus menjadi fokus pemerintah dalam menyongsong dan mewujudkan Indonesia emas yang bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan, Atnike Nova Sigiro, mengatakan bentuk perlindungan terhadap perempuan dapat diwujudkan dengan cara.

Salah satunya, kata dia, dengan membukakan perempuan akan ruang untuk mengungkapkan aspirasi, kreativitas serta hak berkembang dan beraktualisasi, sama seperti laki-laki.

"Melindungi perempuan bukan dengan cara menyingkirkan atau menempatkannya sebagai manusia lemah. Kita membutuhkan 'lahan yang subur' untuk membangun kesetaraan gender," kata dia.

Baca juga: KPPPA: Kesetaraan berwirausaha antargender Indonesia tertinggi
Baca juga: PBB pastikan belum ada negara di dunia capai kesetaraan gender

Dosen Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera, Bivitri Susanti, mengatakan wajah demokrasi Indonesia sesungguhnya telah menunjukkan kesetaraan gender pasca Undang-Undang Pemilu mewajibkan partai politik untuk mengusung minimal 30 persen calon legislatif perempuan.

Permasalahannya, lanjut Bivitri, muncul pertanyaan apakah peningkatan jumlah legislator perempuan yang ada benar-benar mampu memberikan dampak pada produk legislasi yang adil bagi perempuan.

"Peningkatan jumlah anggota DPR perempuan ini kadang hanya sekadar angka. Karena ada anggota DPR perempuan yang tidak paham soal gender. Contoh konkretnya adalah RUU Ketahanan Keluarga," kata dia.

Baca juga: Bappenas: Perspektif gender penting dalam pembangunan
Baca juga: LIPI: Kesetaraan gender dan ketahanan keluarga bangun SDM unggul
Baca juga: Survey: Kesetaraan gender di tempat kerja tingkatkan profitabilitas

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020