Bojonegoro (ANTARA News)- Sedikitnya 49 desa di 13 kecamatan di Bojonegoro, Jawa Timur, sejak pagi tadi mulai terendam banjir luapan air Bengawan Solo dan hingga siang ini, ketinggian air pada papan duga di Bojonegoro terus merangkak naik hingga mencapai 14,51 meter (siaga II).
"Ketinggian air di Bojonegoro ini bisa bertahan hingga besok," kata Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Pudjo Buntoro, kepada ANTARA, Minggu siang tadi.
Menurut dia, ketinggian air di Bojonegoro tersebut, bisa bertambah kalau di daerah hulu dan sekitarnya hari ini turun hujan lagi.
Namun dilaporkan, banjir di wilayah Solo, Jawa Tengah dan sekitarnya, termasuk Sragen, yang mendapat luapan air Bengawan Solo, hari ini sudah mulai surut dan airnya mulai masuk wilayah Bojonegoro.
Ia menambahkan, kemungkinan banjir yang terjadi di Bojonegoro dan sekitarnya tidak akan separah banjir yang terjadi pada musim hujan yang lalu.
"Banjir yang sekarang terjadi dari curah hujan di wilayah Solo dan sekitarnya, sedangkan di daerah Waduk Gajah Mungkur (WGM) curah hujannya tidak terlalu tinggi," ujarnya.
Dari data yang diperoleh ANTARA, akibat luapan banjir Bengawan Solo yang pertama terjadi pada musim hujan ini, sedikitnya 49 desa di 13 kecamatan, diantaranya Kecamatan Margomulyo, Padangan, Purwosari, Kalitidu, Trucuk, Dander, Kota, Kapas, Balen dan Kanor, terendam.
Ketinggian air luapan Bengawan Solo tersebut mulai memasuki pemukiman warga dengan ketinggian berkisar setengah meter.
Selain itu air banjir juga mulai meredam ratusan hektar areal pertanian di sepanjang Daerah Aliran (DAS) di sepanjang wilayah yang dilanda banjir. Di Desa Ngulanan Kecamatan Dander, puluhan warga mulai membuat tenda pengungsian untuk ternaknya.
Seorang warga setempat, Sakiman (45) menjelaskan, persiapan mengungsikan ternak merupakan langkah awal warga di daerah bantaran yang terkena banjir.
"Bagi kami disini ternak dulu yang diungsikan, kalau banjir terus meninggi baru orangnya yang mengungsi," katanya.
Di Bojonegoro, genangan air banjir terus meluas. Meski demikian, warga yang menjadi korban banjir masih belum ada tanda-tanda yang mengungsi, dengan alasan air banjir masih sebatas mengenangi pekarangan dan air yang masuk pemukiman belum terlalu tinggi.
"Tetapi mobil saya, juga sepeda motor sudah saya amankan, sebab khabarnya di daerah hulu banjir masih terjadi," kata seorang warga Desa Ledokwetan Kecamatan Kota, Yuris.
Menurut dia, air banjir yang datang sejak pagi tadi mulai mengenangi jalanan di kawasan desanya berkisar 0,50 meter.
Sementara ketinggian air pada papan duga di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 km dari Kota Bojonegoro, mulai stabil dengan ketinggian 29,50 m (siaga II) masih tertinggi dalam musim hujan ini.
Menurut Pudjo Buntoro, ketinggian air banjir di Bojonegoro, masih akan tetap stabil selama sehari ke depan karena di wilayah Ngawi dan sekitarnya sekarang ini sedang terjadi banjir, sehingga debit banjir yang turun tersebut akan menambah debit air banjir di Bojonegoro. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009