Seoul (ANTARA News/AFP)- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Il memuji pasukannya sebagai "tak terkalahkan" kata media pemerintah, Ahad, sementara ketegangan dengan Korea Selatan (Korsel) meningkat.
Kim menyatakan yakin pada kemampuan pasukannya untuk "menghancurkan setiap invasi mendadak oleh musuh dalam satu pukulan telak" ketika ia memeriksa sat kesatuan militer, kata kantor berita Korut KCNA (Korean Central News Agency).
"KPA (Tentara Rakyat Korea) .., berkembang menjadi barisan revolusioner yang tidak terkalahkan yang semua anggotanya setia membela Partai dan pemimpin," kata Kim yang dikutip KCNA, tanpa menyebutkan tanggal kunjungan itu.
Berita KCNA itu muncul beberapa hari setelah Korut membatalkan semua perjanjian politik dan militer dengan Korsel, yang semakin meningkatkan ketegangan antara kedua negara, yang masih tetap dalam perang sejak konflik tahun 1950-1953.
Dengan menuduh Korsel mendorong hubungan itu ke pinggir perang, Korut, Jumat mengumumkan bahwa semua perjanjian politik dan militer dibatalkan, termasuk perbatasan Laut Kuning mereka -- lokasi bentrokan berdarah angkatan laut tahun 199 dan 2002.
Beberapa jam kemudian, Presiden Korsel Lee Myung bak berikrar akan tetap berpegang terhadap apa yang disebut Pyongyang kebijakan "konfrontasional" terhadap Korut.
Lee, yang berkuasa setahun lalu, mengakhiri kebijakan "cahaya matahari" dari presiden-presiden yang digantikannya, mengaitkan bantuan ekonomi Seoul pada usaha-usaha perlucutan senjata nuklir Korut.
Korsel meningkatkan pengawasan perbatasannya dan berikrar akan menanggapi dengan keras setiap pelanggaran, tetapi mengatakan tidak ada kegiatan yang luar biasa terdeteksi.
Penjabat jurubicara deplu AS Robert Wood mengatakan pernyataan Korut "yang jelas tidak berguna" itu tidak akan berdampak pada perundingan enam negara yang melibatkan Korut, Korsel, AS, China, Jepang dan Rusia bertujuan untuk membatalkan program-program senjata nuklir Korut.
Pyongyang menandatangani satu perjanjian dengan lima mitranya itu tahun 2007 menyerukan senjata-senjata nuklirnya dihapuskan dengan imbalan bantuan, normalisasi hubungan dengan AS dan Jepang dan satu perjanjian perdamaian resmi di semenanjung Korea.
Tetapi perundingan-perundingan itu macet karena Korut, yang melakukan ujicoba senjata nuklir tahun 2006,menolak melaksanakan satu perjanjian tertulis yang merinci cara-cara untuk memverifikasi perlucutan senjata nuklir itu. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009