Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengharapkan Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dapat menciptakan inovasi untuk mendukung transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju.
Airlangga saat menghadiri rapat kerja BPPT di Jakarta, Senin, mengatakan transformasi ekonomi tersebut dapat terwujud melalui peningkatan produktivitas, penciptaan inovasi maupun transfer teknologi dalam jangka menengah.
"Kami berharap Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dapat banyak berkontribusi dalam pelaksanaan transformasi sisi produksi ini. Sisi produksi termasuk dalam fokus pengembangan industri nasional," katanya.
Baca juga: Airlangga yakini transformasi ekonomi lebih kuat dengan teknologi
Airlangga mengatakan selama ini transformasi ekonomi telah dilakukan pada lima kelompok industri yaitu industri berorientasi ekspor, hilirisasi industri, industri substitusi impor, industri berbasis kimia, dan industri lainnya.
Fokus industri berorientasi ekspor adalah lima sektor prioritas revolusi industri 4.0 yang mempunyai nilai keunggulan kompetitif yang besar, yaitu sektor makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, elektronik, otomotif, dan kimia.
Pada kelompok hilirisasi industri, gasifikasi batu bara menjadi prioritas karena sumber batu bara Indonesia cukup melimpah, yaitu sekitar 125,28 miliar ton dalam bentuk sumber daya dan 32,36 miliar ton dalam bentuk cadangan.
Namun, pengolahan batu bara menjadi gas belum memberikan nilai tambah. Di sisi lain, konsumsi LPG Indonesia sangat besar, yaitu 7,11 juta ton pada 2017 yang sebanyak 67 persen diantaranya terpenuhi melalui impor.
Baca juga: Airlangga ingatkan pentingnya transformasi ekonomi Indonesia dalam WEF
"Langkah kami mendorong gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) diambil sebagai upaya substitusi LPG. Selain itu, hilirisasi produk turunan CPO dilakukan untuk memperkuat produk CPO dalam negeri dalam rangka mendorong kinerja ekspor," kata Airlangga.
Oleh karena itu, terkait dengan percepatan inovasi dalam transformasi ekonomi, ia meminta kepada BPPT untuk membantu proses uji coba Biodiesel 40 (B40), yang dapat diimplementasikan paling cepat pada Juli 2021, agar mampu mengurangi impor migas.
“Lalu, ke depannya juga bisa diciptakan minyak berbasis algae (rumput laut). Chevron sudah mempromosikan, lalu ini jadi tantangan BPPT untuk menerapkan. Sebagai negara penghasil algae yang cukup besar, jangan sampai kita ketinggalan oleh negara lain untuk memanfaatkan ini,” ujarnya.
Selain itu, tambah dia, untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan memberikan kepastian ketersediaan bahan baku, maka pengembangan industri substitusi impor difokuskan kepada farmasi (obat dan bahan baku obat), yang saat ini masih menggunakan bahan baku 90 persen impor.
"Jadi, perlu didorong pengembangan penelitian dan pengembangan (litbang) industri farmasi guna meningkatkan kemampuan industri farmasi ke arah litbang yang memprioritaskan bahan baku dalam negeri," ujarnya.
Airlangga juga mengharapkan BPPT secara konsisten menghasilkan inovasi teknologi produksi bahan baku obat untuk lima tahun ke depan yang diprioritaskan pada produksi antibiotik amoksisilin, parasetamol, insulin, adjuvant vaksin dan herbal, sesuai Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
"Mari kita lihat lagi database hasil riset dan inovasi dari BPPT. Kita percaya bahwa riset dan inovasi dapat memberi multiplier effect terhadap perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja, dan memperluas peluang usaha," kata mantan Menteri Perindustrian ini.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020