Antananarivo, (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Madagaskar Andry Rajoelina menyatakan dirinya sebagai kepala negara sementara Presiden Marc Ravalomanana bersikeras masih berkuasa.
"Sejak presiden dan pemerintah tidak memikul tanggungjawab mereka, saya menyatakan bahwa saya akan menjalankan semua urusan nasional mulai hari ini," pemimpin oposisi itu mengatakan, Sabtu seperti dilaporkan AFP.
"Permintaan agar presiden segera mengundurkan diri akan diajukan ke parlemen supaya sesuai prosedur hukum," kata Rajoelina yang juga walikota Antananarivo, kepada ribuan pendukungnya.
Pengumuman dari walikota berusia 34 tahun yang populer tersebut meningkatkan ketegangan dengan rezim Presiden Ravalomanana.
"Kami sekarang ini telah membentuk pemerintahan sementara dan saya akan menjadi pemimpinnya," katanya.
Madagaskar diguncang kerusuhan ketika puluhan ribu orang berdemonstrasi pada 25 Januari sementara demonstrasi lainnya diadakan dengan damai pada hari Rabu.
Sedikit-dikitnya 68 orang tewas di negara itu dalam sepekan terakhir, menurut para pejabat keamanan.
Ravalomanana pada hari Sabtu menegaskan kembali otoritasnya. "Saya masih presiden negara ini dan saya akan melakukan apa yang dibutuhkan untuk membangun bangsa ini," katanya kepada wartawan di istana kepresidenan.
Ketika ditanya mengemai apa langkah yang akan diambil terhadap penantangnya, ia menjawab: "Kami memiliki kementerian kehakiman dan pengadilan konstitusi dan saya yakin mereka akan memikul tugas mereka".
Dalam beberapa hari belakangan ini, Rajoelina telah menjadi lebih vokal dalam mengecam presiden yang ia lukiskan sebagai seorang diktator.
Walikota muda itu -- bekas DJ, pengusaha keras dan orator berbakat -- telah meningkat ke status pemimpin oposisi.
"Saya minta pada bank sentral untuk tidak mengirim dana kepada pemerintah. Saya minta pada semua menteri untuk tutup mulai Senin dan minta pada semua pasukan keamanan untuk bergabung dengan kami," katanya, yang memicu sorak sorai keras dari kerumunan massa.
"Dari sekarang, saya akan memberi perintah," kata Rajoelina, yang masih sangat muda untuk mencalonkan diri menjadi presiden karena persyaratan usia untuk itu adalah 40 tahun.
Sebelum menyatakan secara terbuka keinginanya untuk mengambilalih negara itu, Rajoelina telah melancarkan komentar yang sangat tajam mengenai rezim itu.
Ia, meskipun demikian, bersikeras setiap perubahan kekuasaan harus tiba melalui saluran konstitusional.
"Semua pihak mengatakan: 'hormati konstitusi'. Kami setuju. Jadi kami sekarang akan mengumumkan kejahatan presiden dan pemerintah terhadap konstitusi," katanya.
Salah seorang pendukung Rajoelina naik panggung dan melancarkan serangkaian tuduhan terhadap Ravalomanana, termasuk ancaman pada keamanan negara, pelanggaran kebebasan dan diskriminasi agama.
Perselisihan antara Rajoelina dan Ravalomanana meletus Desember 2008 ketika pemerintah menutup saluran televisi Viva milik Rajoelina, yang memicu unjuk rasa di ibukota.
Organisasi payung oposisi telah mengeluarkan pernyataan, Jumat, yang menyatakan secara terbuka dukungannya pada Rajoelina dan mengatakan organisasi itu juga mendukung upaya walikota tersebut untuk memimpin pemerintah sementara.
Rajoelina telah meagatakan pemerintah sementara akan memimpin pemilihan presiden "yang kami akan adakan paling lama dua tahun mendatang".
PBB, AS dan Kanada telah mengeluarkan seruan untuk tenang di bekas koloni Prancis itu.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009