kami masih rutin turun ke Banti untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anak

Timika (ANTARA) - Kegiatan belajar-mengajar (KBM) di SD Negeri Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika hingga kini belum berjalan meski pemerintah telah membangun fasilitas gedung sekolah di wilayah itu.

Kapolsek Tembagapura AKP Hermanto di Timika, Jumat, mengatakan untuk mengisi kekosongan KBM di SD Negeri Banti itu, jajarannya berinisiatif memberikan bimbingan belajar (bimbel) kepada anak-anak usia sekolah di Kampung Banti.

Kegiatan bimbel dilaksanakan dua kali sepekan yaitu setiap hari Rabu dan Jumat. "Sampai sekarang kami masih rutin turun ke Banti untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anak di sana. Kegiatan itu atas inisiatif kami sendiri supaya anak-anak tidak ikut orang tuanya pergi mendulang," kata AKP Hermanto.

Ia mengatakan materi bimbel terbatas pada pengenalan wawasan kebangsaan, pengenalan huruf, membaca, menulis dan berhitung.

Baca juga: 300-an anak Kampung Banti Papua tidak bersekolah sejak sekolah dibakar

Baca juga: TNI dan Polri sudah kuasai Kampung Kimbeli dan Banti

Pada awal 2019 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membangun kembali gedung sekolah di Kampung Banti.

Gedung sekolah sebelumnya (SD-SMPN Banti Satu Atap) yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia dibakar hingga rata tanah oleh Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB saat menguasai kawasan itu pada sekitar Februari 2018.

Tidak hanya gedung sekolah, KKB juga membakar fasilitas Rumah Sakit Waa-Banti milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) serta beberapa rumah milik masyarakat.

Meski sudah dibangun kembali gedung sekolah di Kampung Banti dengan jumlah ruang kelas empat ruangan, namun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika hingga kini belum juga menempatkan tenaga guru untuk bertugas di sekolah itu.

"Sampai sekarang orang-orang dinas belum pernah ke sana," kata AKP Hermanto. KBM di SD Negeri dan SMP Negeri Banti mulai lumpuh sejak Oktober 2017 saat KKB mulai masuk ke kawasan itu.

Para guru dan tenaga kesehatan akhirnya dievakuasi dari Kampung Banti dan berselang beberapa waktu kemudian diikuti dengan evakuasi para pedagang dan pemilik kios jualan di Kampung Banti 1, Banti 2, Kimbeli, Opitawak, kawasan Longsoran hingga Utikini Lama.

Tidak lama setelah itu, aparat TNI dan Polri berhasil menguasai kembali Kampung Banti dan beberapa kampung sekitar itu hingga kini.

Selain sektor pendidikan yang belum berjalan normal kembali di Banti, pelayanan kesehatan di wilayah itu juga belum memadai.

AKP Hermanto mengatakan Departemen Community Liaison Officer (CLO) PT Freeport Indonesia akan mengupayakan mengirim satu kontainer untuk dijadikan rumah pelayanan kesehatan sementara di Kampung Banti.

"Kami mau rapat lagi dengan pihak Dinkes Mimika dan CLO PT Freeport Indonesia untuk membicarakan kelanjutannya seperti apa, sebab kesulitan kami di sana itu tidak ada tempat untuk pelayanan kesehatan. Sementara ini pemeriksaan kesehatan untuk masyarakat lokal di sana menggunakan Kantor Lemasa (Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme) yang menjadi tempat tinggal Bapak Pendeta Hengky," kata AKP Hermanto.

Menurut dia, pelayanan kesehatan di Banti dilakukan setiap hari. "Setiap hari ada petugas kesehatan yang kami antar ke Banti. Nanti jam 2 siang kami jemput kembali ke Tembagapura. Setiap hari begitu," jelas AKP Hermanto.

Baca juga: Satgas akan evakuasi 500-an warga asli Papua dari Kampung Banti

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020