New York (ANTARA) - Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah pemerintah AS melaporkan kenaikan jauh lebih kecil dari yang diperkirakan dalam stok minyak mentahnya, tetapi kenaikan dibatasi oleh kekhawatiran tentang penyebaran virus corona di luar China.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April, naik 0,19 dolar AS atau 0,32 persen, menjadi ditutup pada 59,31 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 0,49 dolar AS atau 0,90 persen, menjadi 53,78 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Baca juga: Pelambatan kasus corona angkat harga minyak lebih dari dua persen
Data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah naik hanya 414.000 barel pekan lalu, jauh lebih sedikit dari 2,5 juta barel yang diprediksi para analis dalam jajak pendapat Reuters.
Namun, sejumlah kasus virus corona baru dan kematian pertama di Korea Selatan memicu ketakutan akan pandemi global karena penelitian menunjukkan bahwa itu bisa lebih menular daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Segera setelah data EIA, Brent bulan depan, WTI bulan depan dan WTI bulan kedua menyentuh tertinggi mereka pada Februari.
"Masukan fundamental baru hari ini terutama melenceng pada rilis EIA mingguan yang secara luas dianggap mendukung," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Baca juga: Minyak naik, harapan penurunan produksi imbangi kekhawatiran corona
Namun, "getaran negatif dari virus corona tidak mungkin menghilang dengan cepat" dan upaya China untuk menopang perekonomian mereka melalui penyesuaian suku bunga bank sentral adalah solusi terbatas dalam menghidupkan kembali kegiatan ekonomi, kata Ritterbusch.
Langkah China untuk memangkas suku bunga acuan mengurangi beberapa kekhawatiran melambatnya permintaan konsumen minyak terbesar kedua di dunia dan importir minyak mentah terbesar.
Stok bensin AS turun sekitar dua juta barel dalam sepekan yang berakhir 14 Februari, sementara analis memperkirakan kenaikan 435.000 barel, menurut data EIA.
Data juga menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan kilang pantai timur AS turun minggu lalu menjadi 59,2 persen, terendah sejak November 2012. Namun, tingkat pemanfaatan kilang AS secara keseluruhan naik 1,4 persen, terutama karena kilang telah selesai dari perawatan.
Baca juga: Harga minyak naik ditopang prospek penurunan produksi OPEC+
Juga mendukung harga minyak adalah sanksi AS minggu ini, pada unit perdagangan raksasa minyak Rusia Rosneft untuk hubungannya dengan PDVSA yang dikelola Venezuela, serta konflik di Libya yang telah menyebabkan blokade pelabuhan dan ladang minyaknya.
Brent bisa memperpanjang kenaikan menjadi 60,22 dolar AS per barel, seperti yang disarankan oleh pola gelombang dan analisis proyeksi, kata analis teknis Reuters Wang Tao.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman terdekat juga diperdagangkan dengan premi untuk beberapa bulan mendatang, sebuah struktur yang disebut backwardation (pembelian kontrak berjangka dengan harga lebih rendah dari biaya kontrak dengan penyerahan aset), menandakan potensi pengetatan pasokan.
Baca juga: AS jamin virus corona tak terlalu pengaruhi harga minyak
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020