"Ini adalah olahraga yang merupakan paket komplet. Berenang, sepeda, berlari. Saya bisa mendapatkan semua manfaatnya," kata Asihta pada konferensi pers BCA Super League Triathlon 2020 di Jakarta, Kamis.
Dalam anggapan banyak orang, triatlon dianggap sebagai olahraga maha berat karena seorang triatlet harus menuntaskan balapan pada ketiga nomor tersebut yang sangat menguras daya tahan.
Namun alih-alih mengatakan itu adalah olahraga yang mengintimidasi, Asihta yang sebelumnya merupakan atlet renang itu mengatakan triatlon hanya merupakan olahraga yang menantang.
"Triatlon bukan olahraga yang mengintimidasi. Orang-orang mungkin hanya belum tahu. Ini cabor yang menantang. Bahkan semakin populer di dunia," kata gadis kelahiran 26 September 2000 itu.
Baca juga: Mantan juara dunia McCormack ambil bagian pada SLT 2020
Asihta juga masih penasaran karena pada penampilannya di SLT 2019, ia tersingkir lebih awal. Namun ia tidak memberikan target khusus saat mengikuti SLT edisi tahun ini selain memperbaiki catatan waktunya.
Selain tantangan, hal lain yang membuat Asihta sangat mencintai triatlon adalah olahraga ini tidak mensyaratkan kondisi fisik, usia, maupun jenis kelamin tertentu sehingga semakin banyak orang yang dapat berpartisipasi.
Ia bahkan cukup optimistis dapat meraih hasil bagus seandainya kompetisi triatlon tidak dipisahkan dari segi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.
"Pasti tertarik (seandainya kompetisi triatlon dicampur laki-laki dan perempuan). Karena kita mengetahui kekurangan dan kelebihan kita. Pasti kompetisi seperti itu akan lebih menarik," kata gadis yang menggunakan uang hadiah kompetisi triatlon pertamanya untuk membeli sepeda balap (road bike) itu.
Asihta akan tampil pada SLT tahun ini yang kembali diselenggarakan di Ayodya Resort, Nusa Dua, Bali, 3 sampai 5 April mendatang.
Baca juga: Indonesia Triathlon Series bakal dorong industri pariwisata olahraga
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020