Dukungan dari negara-negara ASEAN dan teman internasional lainnya membuat kami merasa bahwa musim dingin ini tidak dingin dan musim semi akan datang
Vientiane (ANTARA) - China menyeru solidaritas dalam pertemuan khusus untuk membahas wabah virus corona dengan negara-negara Asia Tenggara saat menghadapi kritik atas penanganan epidemi tersebut.
Pertemuan yang dilaksanakan di Vientiane, Laos, Kamis, mengisyaratkan bahwa China sedang mencari dukungan dari negara-negara tetangga yang lebih kecil---di mana China telah menggelontorkan miliaran dolar untuk proyek infrastruktur dan investasi dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mendesak Singapura untuk menarik larangan terhadap pelancong dari China serta membahas pembatasan perjalanan dan perdagangan dalam pertemuan dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Dalam pertemuan itu, para menteri luar negeri ASEAN bergandengan tangan dengan Anggota Dewan Negara China dan Menlu Wang Yi dan menyeru "Tetap kuat, Wuhan! Tetap kuat, China! Tetaplah kuat, ASEAN!"
Para pejabat yang hadir dalam pertemuan tersebut tidak menggunakan masker.
"Rasa takut lebih mengancam daripada virus itu sendiri, dan kepercayaan diri lebih berharga daripada emas," kata Wang dalam konferensi pers usai pertemuan.
"China memajukan pesan persahabatan di ASEAN untuk melawan serangan dari Barat bahwa mereka telah menangani wabah dengan buruk," ujar Alfred M Wu, Associate Professor dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore.
Beijing telah dikritik karena penanganan wabah virus corona baru, yang muncul dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei dalam beberapa bulan terakhir dan menewaskan sedikitnya 2.000 orang.
Larangan perjalanan untuk mencegah penyebaran penyakit ini, telah melumpuhkan negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia dan menghambat Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang diperkenalkan Presiden Xi Jinping untuk pembangunan infrastruktur seperti jalur kereta api, pelabuhan, dan jalan raya.
Tanggapan negara-negara lain terhadap virus corona telah menjadi "ujian persahabatan", kata Tom Baxter, seorang peneliti independen dan co-editor situs Panda Paw Dragon Claw, yang menulis tentang pengaruh China di luar negeri.
Mulai dari larangan oleh Singapura hingga praktik "pintu terbuka" oleh Kamboja yang merupakan sekutu dekat Beijing, kebijakan perjalanan dari dan ke China bervariasi diantara 10 negara ASEAN.
Bahkan ketika pertemuan dimulai, Thailand, pada Kamis mengeluarkan imbauan perjalanan yang mendesak warganya untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke China dan menyarankan mereka yang sudah ada di sana untuk pergi---mengisyaratkan bahwa penerbangan ke China bisa lebih dibatasi.
Menurut rancangan pernyataan bersama yang dilihat oleh Reuters, baik ASEAN dan China menekankan "meningkatnya urgensi dan perlunya kerja sama" dalam memerangi wabah virus dan sepakat untuk memperkuat "komunikasi risiko".
ASEAN dan China, mitra dagang terbesarnya, memiliki arus perjalanan tahunan lebih dari 65 juta kunjungan. Negara-negara ASEAN secara kolektif juga merupakan mitra dagang terbesar kedua China.
Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan, Rabu malam (19/2), Wang mengatakan Beijing khawatir tentang "tindakan pembatasan" Singapura.
"Sekarang epidemi telah mereda dan situasi terkendali, kami berharap pertukaran normal antara kedua negara dapat dilanjutkan secepatnya," kata Wang kepada Balakrishnan.
Dalam sambutan yang dibuat saat makan malam selamat datang pada Rabu, Wang mengucapkan terima kasih kepada masing-masing negara atas dukungan mereka selama wabah, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China.
Wang mengatakan dukungan dari negara-negara ASEAN dan teman internasional lainnya "membuat kami merasa bahwa musim dingin ini tidak dingin dan musim semi akan datang".
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu Retno ajak ASEAN, China perkuat mekanisme hadapi wabah COVID-19
Baca juga: Menlu ASEAN dan China akan bahas COVID-19 di Laos
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020