gunung api itu hanya muncul di busur vulkanik
Kupang (ANTARA) - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan belerang dan asap yang muncul di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tidak berasal dari aktivitas gunung api.
"Dari hasil pantauan kami di lapangan, sumber gas dan temperatur gas tidak berasal dari aktivitas gunung api, namun diperkirakan berasal dari sisa aktivitas magmatisme masa lampau yang mengisi zona lemah akibat struktur geologi," kata Penyelidik Bumi Muda dari PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Ugan Saing saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Kamis.
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan hasil peninjauannya tim dari PVMBG di lokasi munculnya calon gunung berapi di Kabupaten TTS yang sudah dilakukan pada Rabu (19/2) kemarin.
Baca juga: PVMBG sebut kecil kemungkinan muncul gunung api di TTS
Baca juga: Calon gunung berapi muncul di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Ia menyebutkan jika dilihat dari geologi, jalur ring of fire yang ada di NTT tak melewati pulau Timor. Busur depan Subduksi berada di pulau Timor sehingga potensi munculnya gunung berapi itu sangat kecil,
"Kalau busur subduksi itu bukan lingkungan yang berpotensi munculnya gunung berapi. Sebab gunung api itu hanya muncul di busur vulkanik. Nah kalau di NTT ini busur vulkanik terdapat di Pulau Flores," tambah dia.
Ia menjelaskan bahwa dari hasil pantauan langsung area keluarnya gas tersusun atas batu lempung berwarna abu-abu kehitaman, dan pada titik keluarnya gas, batu lempung berubah warna menjadi merah, kuning, hitam terbakar.
"Gas itu muncul pada zona hancuran akibat struktur geologi. Terdapat mineraliasasi batuan seperti pirit dan kuarsa di sekitar lokasi keluarnya gas," tambah dia.
Baca juga: Geolog: Gas biogenik diduga penyebab munculnya api di pegunungan TTS
Baca juga: Gunung berapi Jepang erupsi pertama kali dalam 250 Tahun
Selain itu juga dari hasil pantauan tim PVMBG kemunculan gas atau asap terdapat di lereng sungai bekas longsor, visual asap teramati berwarna putih tipis keluar dari celah-celah batu lempung dengan tinggi asap sekitar dua meter.
Selain itu juga tak ada tekanan emisi gas, tidak ada suara blezer yang terdengar, tidak ada sublimat belerang, dan tidak ada nyala api. Kemudian juga ada bau gas sulfur tercium sedang - tajam yang jarak tercium hingga 50 meter tergantung arah angin.
"Selain gas, tidak ada fluida lain seperti air panas atau lava yang keluar dari titik keluarnya gas," tambah dia.
Baca juga: 19 gunung api di Indonesia berstatus waspada
Baca juga: UGM kembangkan "drone" amfibi untuk pantau gunung berapi
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020