Kupang (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan peluang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi calon presiden 2024 sangat ditentukan oleh posisi Demokrat selama lima tahun rezim pemerintahan Jokowi-Amin.
"Menurut saya, peluang AHY menjadi calon Presiden di 2024 akan sangat ditentukan oleh posisi mereka selama lima tahun rezim Jokowi-Amin. Jika mereka menjadi oposisi kritis, maka peluang AHY dan Demokrat menginvestasikan citra positip akan terbuka," kata Mikhael Raja Muda Bataona di Kupang, Kamis.
Baca juga: AHY luruskan pemberitaan soal kesiapan jadi capres 2024
Pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira itu mengatakan peluang AHY sangat tergantung pada posisi kritis Demokrat terhadap pemerintahan saat ini.
Dia menambahkan, mau tidak mau, Demokrat harus berebutan dengan PKS yang sudah memproklamirkan diri sebagai oposisi pada rezim Jokowi-Amin.
"Jadi tagline oposisi secara general sepertinya tidak lagi menarik bagi publik. Demokrat harus kritis sebagai oposisi dengan sedikit berbeda dengan PKS," katanya.
Di situlah AHY akan mendapat posisi khusus secara otomatis di hati rakyat, yang mendukung kerja besar Demokrat menjaga konstitusi negara dan mutu demokrasi Indonesia, misalnya, sikap kritis Partai Demokrat dalam kasus suap anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menyeret nama PDI Perjuangan.
Namun, lanjutnya, masalahnya adalah Demokrat juga sudah terstigma sebagai partai korup, karena kasus-kasus di masa lalu, hingga desas desus tentang skandal Jiwasraya yang kabarnya sudah terjadi sejak era SBY, meski sudah dibantah sendiri oleh SBY.
Artinya, Demokrat sebaiknya memfilter semua isue dan tidak kritis dalam kasus hukum saja.
Baca juga: Demokrat NTT usung AHY di kongres 2020
Mengapa karena masalah hukum justeru sensitif untuk Demokrat yang pernah distigmakan sebagai partai yang banyak kader topnya terlibat korupsi di era SBY.
"Mungkin Demokrat bisa kritis soal pembangunan infrastruktur, masalah ekonomi terutama defisit transaksi berjalan yang cukup besar karena ketidakpastian ekonomi global, pemindahan ibu kota dan kasus-kasus lain misalnya omnibus law," katanya.
Dengan positioning seperti itu, branding terhadap AHY akan lebih kuat dan masif dilakukan, kata pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik pada Fisip Unwira Kupang itu.
Lebih kritis
Dia menambahkan, mau tidak mau, Demokrat harus berebutan dengan PKS yang sudah memproklamirkan diri sebagai oposisi pada rezim Jokowi-Amin.
"Jadi tagline oposisi secara general sepertinya tidak lagi menarik bagi publik. Demokrat harus kritis sebagai oposisi dengan sedikit berbeda dengan PKS," katanya.
Disitulah AHY akan mendapat posisi khusus secara otomatis di hati rakyat yang mendukung kerja besar Demokrat menjaga konstitusi negara dan mutu demokrasi Indonesia.
"Kalau soal peluang menang di 2024 saya kira masih terlalu jauh," katanya.
Baca juga: AHY kunjungi kader di daerah untuk konsolidasi jelang kongres
Tetapi jika AHY lolos maju menjadi Capres, maka tentu akan bertarung denga nama-nama besar lainnya seperti Prabowo, Sandiaga Uno, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan tentu saja Anies Baswedan serta Risma, katanya.
Jika muncul lagi nama lain seperti Tito Carnavian dan Eric Tohir atau Sri Mulyani, maka pertarungan akan sangat sengit, katanya.
Soal milenial, dia mengatakan, popularitas AHY sebagai perwakilan milenial tidak akan mudah dipertahankan karena hampir semua wajah baru itu juga bergaya dan mengakar dengan euforia segmen milenial.
"Sehingga menurut saya, AHY tidak lagi mempunyai efek kejut yang kuat seperti saat namanya diumumkan pertama kali melawan Ahok dan Anies di DKI saat Pilkada lalu.
Sekarng AHY butuh beberapa momentum politik besar, untuk membuat dirinya mengejutkan secara politik demi menaikan elektabilitasnya, kata Mikhael Raja Muda Bataona.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020