Jakarta (ANTARA) - Merek Indonesia punya potensi besar untuk menumbuhkan pasar di Tanah Air seiring dengan pertumbuhan konsumen digital dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Bain & Company, pada 2017 ada 64 juta orang konsumen digital yang angkanya naik menjadi 102 juta orang setahun berikutnya, 53 persen dari populasi.
Ada strategi yang bisa diterapkan untuk memasarkan merek baru sehingga bisa dikenal oleh konsumen digital, berdasarkan studi "Riding the Digital Wave: Southeast Asia's Discovery Generation" dari Facebook dan Bain & Company.
Hal-hal mendasar seperti kualitas produk dan strategi harga yang sesuai menjadi landasan utama dalam memperkuat merek untuk konsumen digital.
Di toko konvensional, pembeli bisa melihat langsung produk yang ingin mereka beli. Sebagai gantinya di toko daring, merek harus membuat deskripsi yang lengkap serta foto-foto barang yang memikat.
"Rating dan ulasan juga harus bagus, bukan cuma 'barang sudah diterima dengan baik' tapi soal kualitas barang," kata Kepala Pemasaran untuk Facebook di Indonesia Hilda Kitti di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Belanja online boleh asal tak kebablasan, apa ciri kecanduan belanja?
Baca juga: Tips belanja online saat Harbolnas
Selain itu, sebuah merek harus punya eksistensi di media sosial karena saat ini semakin banyak konsumen digital yang membeli barang setelah terinspirasi apa yang mereka dapatkan di media sosial.
Berdasarkan studi, sebanyak 57 persen konsumen Indonesia mengenal sebuah produk dan merek baru lewat media sosial.
Tapi bukan berarti saluran luring tidak diperlukan. Sebab, masih ada pembeli yang harus melihat langsung barangnya secara fisik sebelum memutuskan untuk belanja daring.
Memberi diskon bisa menarik banyak konsumen baru, tapi bukan jaminan itu akan membuat konsumen jadi loyal pada sebuah merek. Berdasarkan studi, 61 persen konsumen Indonesia tidak menunggu promosi saat ingin membeli.
Dia menjelaskan ada lima benang merah dari merek-merek-merek yang sudah berhasil menarik hati pembeli, di antaranya merek yang dibentuk atas visi pendiri yang ingin mengatasi masalah komunitas atau merek yang punya layanan unik dan kostumisasi sehingga sulit ditemukan pada merek lain.
Selain itu, merek yang biasanya harganya mahal namun dijual dengan harga terjangkau. Ini bakal menarik generasi milenial dan generasi Z yang mendominasi konsumen digital. Ada juga merek yang mengusung tujuan baik seperti barang-barang ramah lingkungan serta merek yang menarik karena pendirinya sudah dikenal, seperti selebritas atau influencer.
Baca juga: Mengenal tipe konsumen digital, kamu termasuk yang mana?
Baca juga: Karakteristik konsumen Indonesia, iseng-iseng lihat berujung belanja
Baca juga: Tiga barang fesyen paling diminati pembeli saat belanja "online"
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020