Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan studi Facebook dan Bain & Company, ada beberapa tipe konsumen digital "discovery generation" yang menemukan produk baru dari inspirasi dan pengaruh di dunia maya, termasuk media sosial.
Studi "Riding the Digital Wave: Southeast Asia's Discovery Generation" melibatkan 12.965 responden di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Studi ini menguak tentang perilaku dan preferensi kelas menengah dalam membentuk tren belanja di e-commerce.
Studi ini membagi konsumen digital dari "discovery generation" menjadi enam tipe dari tiga kelas transaksi: tinggi, menengah dan rendah.
Pembeli dari kelas transaksi tinggi dibagi dua, yakni evolved shoppers yang sudah familier dengan belanja daring sejak awal dan lifestyle shoppers yang lebih sering berbelanja luring dan hanya beralih pada daring untuk barang tertentu.
"Evolve shopper itu yang sudah lama pahami belanja online, sudah fasih mau belanja ini dan itu. Mereka mengutamakan kenyamanan dari harga. Mereka bisa beli barang online hingga 10 kali dalam setahun. Banyak juga yang ikut loyalty program," kata Kepala Pemasaran untuk Facebook di Indonesia Hilda Kitti di Jakarta, Rabu.
Sementara kelas menengah bisa dibedakan jadi dua, mereka yang sudah tahu apa yang ingin dibeli alias purposeful shoppers dan para pemburu diskon.
Baca juga: Barang impor dari belanja "online" bakal dikenai bea masuk
Baca juga: Belanja online boleh asal tak kebablasan, apa ciri kecanduan belanja?
Pemburu diskon adalah orang-orang yang termotivasi untuk berbelanja digital berkat promosi dan diskon. Pembeli yang masuk kategori "value hunters" ini hampir pasti membandingkan barang di situs belanja lain sebelum membeli.
"Mereka akan melakukan perbandingan dulu. Golongan ini ingin mencari value for money. Hampir semuanya membandingkan dari situs ke situs," jelas Hilda.
Sementara para pembeli yang belanja dalam kategori kelas transaksi rendah rata-rata merupakan bagian Generasi Z yang belum punya penghasilan sendiri. Sebagian besar masih sekolah dan hanya belanja di kategori yang terbatas. Ada pula mereka yang baru mengadopsi kebiasaan belanja daring dan baru menerapkannya dalam dua tahun terakhir.
Manakah yang paling banyak di Indonesia?
Pembeli dengan transaksi rendah dan menengah berbeda tipis, yakni 38 persen dan 34 persen, sementara konsumen digital yang bertransaksi dengan nilai tinggi hanya terdiri dari 28 persen dari keseluruhan.
Namun, secara keseluruhan di Asia Tenggara mayoritas konsumen digital adalah mereka yang berbelanja dengan nilai transaksi menengah dan tinggi dengan persentase 62 persen.
Baca juga: Karakteristik konsumen Indonesia, iseng-iseng lihat berujung belanja
Baca juga: Tiga barang fesyen paling diminati pembeli saat belanja "online"
Baca juga: Ponsel masuk kategori favorit belanja online 2019
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020