Ada lima orang penderita di Sikka yang meninggal dunia akibat penyakit DBD
Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menyebutkan kasus serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) terus meluas dengan jumlah penderita mencapai 658 orang dari sebelumnya hanya 567 penderita.
"Kasus penyakit DBD yang menyerang warga Kabupaten Sikka saat ini semakin meluas dengan jumlah penderita yang terus bertambah," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Sikkka, Awales syukur ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Rabu.
Ia mengatakan, penyakit DBD yang melanda Kabupaten Sikka di Pulau Flores itu mengakibatkan 658 orang menjalani perawatan medis di berbagai fasilitas kesehatan di daerah itu.
Baca juga: Kasus DBD di beberapa daerah Indonesia meningkat, kata Kemenkes
Selain bertambahnya jumlah penderita kata Awales Syukur, kasus demam berdarah di daerah itu juga mengakibatkan lima orang anak-anak meninggal akibat DBD.
"Ada lima orang penderita di Sikka yang meninggal dunia akibat penyakit DBD, Pada umumnya penderita DBD merupakan anak-anak," kata Awales Syukur.
Pemerintah Kabupaten Sikka menurut dia, terus berupaya mengatasi meluasnya serangan penyakit DBD dengan menetapkan hari Jumat sebagai hari libur untuk melakukan kegiatan kerja bakti.
"Setiap hari Jumat dinyatakan hari libur di Kabupaten Sikka, semua pegawai, anak sekolah dan masyarakat secara bersama-sama untuk melakukan kegiatan kerja bakti sebagai upaya melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD," kata Awales Syukur.
Menurut dia, kegiatan kerja bakti dalam menanggulangi serangan penyakit DBD juga dilakukan di kecamatan-kecamatan dan desa-desa di daerah itu.
"Serangan penyakit DBD ini sudah menyebar di 19 kecamatan dari 21 kecamatan di Kabupaten Sikka sehingga gerakan pemberantasan sarang nyamuk DBD juga dilakukan di semua kecamatan dan desa yang sudah memiliki kasus DBD sehingga dengan lingkungan yang bersih dan sehat kasus serangan DBD bisa berkurang," tegasnya.
Baca juga: Pemprov NTT turunkan tim pantau serangan DBD di Sikka
Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020