Karena memang itu bahan bakunya memang habis

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan, produksi masker di kawasan ini terganggu karena terkendala bahan baku yang sebagian besar berasal dari China,k menyusul langkahnya komoditas itu belakangan ini.

"Jadi belum ditemukan (ada penimbunan). Karena memang itu bahan bakunya memang habis, kan itu bahan bakunya impor dari China. Dan dengan adanya kasus Corona tentu produksinya juga berkurang," ucap Plt Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, dan Perdagangan (KUKMP) DKI Jakarta, Elizabeth Ratu Rante Allo, di Jakarta, Selasa.

Selain karena kelangkaan itu dan permintaan masyarakat yang meningkat akibat terpengaruh oleh informasi virus Corona, mengakibatkan harganya merangkak naik.

"Jadi, kalau bahan bakunya berkurang, otomatis harganya juga akan pasti naik ditambah lagi berita-berita yang mengatakan bahwa ada virus Corona yang dampaknya begitu hebat kan. Dan tidak salah juga ya bahwa si masyarakat itu memproteksi dirinya dengan menyimpan masker," kata Ratu.

Baca juga: Masker tidak seratus persen efektif tangkal COVID-19

Menurut Ratu, Pemprov bekerja sama dengan Polda Metro akan mengecek kondisi pasar, terutama Pasar Pramuka yang terkenal sebagai pusat kesehatan.

"Selama ini yang banyak jual alat kesehatan kan Pramuka dan mungkin nanti apotek juga tidak menutup kemungkinan kita akan cek juga," ucap Ratu.

Diketahui, imbas melonjaknya permintaan di pasar, akhirnya harga masker meroket. Bahkan, di toko daring, harga masker ada yang mencapai Rp3 juta per kotak.

Dari penelusuran di beberapa market place e-commerce, harga yang tercatat paling tinggi sebesar Rp3 juta per kotak untuk masker jenis N95. Satu pak masker sendiri dari keterangan pelapak berisi 25 masker.

Baca juga: Menkes sebut masker paling efektif bagi orang sakit

Dengan jenis yang sama, beberapa pelapak lainnya menjual masker dengan harga yang bervariasi. Dari Rp500 ribu hingga Rp2,5 jutaan.

Padahal di pasar saja harga masker satuan hanya Rp350 ribu. Itu pun setelah mengalami kenaikan harga dari yang awalnya hanya Rp200 ribu.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020