Lintang bersama kelima temannya berhasil meraih posisi kedua dengan alat ekstraksi memakai teknologi AI bernama Pang The Pangolin dalam kompetisi yang diumumkan pemenangnya pada akhir Januari 2020
Jakarta (ANTARA) - Tim Indonesia yang terdiri atas enam anak muda dengan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) berhasil menjadi juara dua kompetisi Global Zoohackathon 2019 yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada akhir Januari 2020.
"Kita kelompok Navy Pangolin ikut di tingkat kompetisi regional di Kinabalu, Malaysia dan kemudian juara satu dari setiap regional kemudian diikutkan ke versi global. Di sana kita keluar sebagai juara dua di global dan mendapatkan hadiah setara 5.000 dolar AS," kata Lintang Sutawika, anggota tim Navy Pangolin ketika ditemui usai memaparkan hasil kerja timnya di Pusat Kebudayaan AS @america di Jakarta Selatan, Selasa.
Kementerian Luar Negeri AS mengadakan Zoohackathon dalam rangka menggerakkan upaya memakai kemajuan teknologi untuk melawan perdagangan liar di seluruh dunia.
Lintang bersama kelima temannya berhasil meraih posisi kedua dengan alat ekstraksi memakai teknologi AI bernama Pang The Pangolin dalam kompetisi yang diumumkan pemenangnya pada akhir Januari 2020.
Untuk juara pertama diraih tim dari Kolombia dengan perangkat keras dan lunak yang dapat memantau penebangan hutan.
Pang The Pangolin memiliki kemampuan mengekstrak informasi kunci dari artikel berita ini dapat membantu para analis, dengan mengurangi waktu untuk pengumpulan data dari berbagai artikel yang secara konvensional dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan sendiri informasi yang didapat tanpa perlu membacanya satu per satu.
Sebelum berlaga di tingkat global, Tim Navy Pangolin berhasil memenangkan kejuaraan regional yang diadakan di Kinabalu, Malaysia, mengalahkan sebanyak 16 tim lainnya dari daerah-daerah lain di Asia Tenggara.
Di tingkat global, mereka harus bersaing dengan 15 pemenang lainnya dari beberapa negara di dunia.
Ke depannya, mereka ingin mengembangkan alat itu agar bisa dimanfaatkan untuk melawan perdagangan ilegal satwa liar.
"Kita terbuka untuk apabila dari orang-orang konservasi mau berbagi datanya untuk dipakai pembelajaran algoritmanya. Sekalian itu kita pribadi sedang merencanakan proposal untuk mendapatkan funding," demikian Lintang Sutawika.
Baca juga: Pakar: Hilangnya habitat satwa liar sebabkan virus tertular ke manusia
Baca juga: Ilmuwan China identifikasi trenggiling kemungkinan inang virus corona
Baca juga: BBKSDA Riau tetapkan tersangka penyelundupan 102 ekor Trenggiling
Baca juga: TNI gagalkan penyelundupan 102 trenggiling
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020