Kampung Sayur di Kelurahan Tahunan memiliki basis yang berbeda dengan 200 kampung sayur lain di Kota Yogyakarta yang biasanya menanam sayur mayur. Kampung Sayur Tahunan menanam tanaman obat keluarga dengan salah satu tanaman yang dibudidayakan adalah
Yogyakarta (ANTARA) - Warga Kelurahan Tahunan, Kota Yogyakarta, terus berusaha mengembangkan manfaat dari keberadaan kampung sayur di wilayah tersebut dengan membuat sirup jahe yang diharapkan mampu memberikan peningkatan ekonomi warga.
“Untuk bisa memproduksi sirup jahe, pemerintah melalui Kelurahan Tahunan bekerja sama dengan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) memberikan pelatihan pembuatan sirup jahe kepada ibu-ibu warga Tahunan,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di sela pelatihan sirup jahe di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Heroe, Kampung Sayur di Kelurahan Tahunan memiliki basis yang berbeda dengan 200 kampung sayur lain di Kota Yogyakarta yang biasanya menanam sayur mayur. Kampung Sayur Tahunan menanam tanaman obat keluarga dengan salah satu tanaman yang dibudidayakan adalah jahe merah.
“Tanaman ini mudah dibudidayakan dan tidak membutuhkan lahan yang luas sehingga cocok ditanam di Kelurahan Tahunan. Jahe yang dihasilkan akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi jika diolah menjadi produk makanan, salah satunya adalah sirup jahe,” katanya.
Baca juga: Cepat dongkrak ekonomi warga, pariwisata jadi andalan Sukabumi
Heroe berharap, warga yang mengikuti pelatihan pembuatan sirup jahe dapat membentuk kelompok saat akan memproduksi dan memasarkan sirup jahe. “Akan lebih baik jika produk sirup jahe dari Kelurahan Tahunan ini terstandarisasi, bahkan jika memungkinkan hanya ada satu merk produk saja meskipun diproduksi oleh banyak kelompok,” katanya.
Dengan berkelompok, Heroe menegaskan, warga justru akan memperoleh hasil yang lebih optimal dari pengolahan dan penjualan sirup jahe.
Sementara itu Kepala Bagian Umum Polbangtan Yogyakarta Irwan Johan Sumarno mengatakan, pemberian pelatihan kepada warga Kelurahan Tahunan Yogyakarta merupakan bagian dari realisasi Tri Darma Perguruan Tinggi.
“Kami berharap, ilmu ini bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar terutama untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Sementara itu Kepala Laboratorium Pengolahan Hasil Polbangtan Kota Yogyakarta Budi Setiawati mengatakan, permintaan pelatihan sirup jahe merah berasal dari warga Kelurahan Tahunan.
“Pelatihan pertama adalah budidaya jahe merah dan sekarang dilanjutkan dengan pelatihan pengolahannya. Dengan diolah, maka nilai jual jahe pun meningkat,” katanya.
Baca juga: Madu Sialang bertahan jadi sumber ekonomi warga Musi Banyuasin
Menurut dia, proses pengolahan jahe menjadi sirup bisa dilakukan dengan mudah, bahkan seluruh bahan yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan sangat mudah. Selain jahe merah, bahan yang dibutuhkan adalah sereh, pandan, dan gula pasir.
“Butuh waktu sekitar empat jam untuk memproses jahe menjadi sirup. Sekitar 500 gram jahe bisa diolah menjadi enam botol. Harga jualnya sekitar Rp20.000 per botol,” katanya.
Nilai jual tersebut jauh lebih tinggi dibanding harga jahe merah mentah yaitu sekitar Rp50.000 per kilogram.
Sirup jahe merah tersebut rencananya akan dijual sebagai salah satu produk andalan dari Kampung Wisata Tahunan yang selama ini sudah dikenal dengan batik jumputan.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020