Jakarta (ANTARA) - Negara jiran Malaysia sedikit kurang beruntung dibanding Indonesia perihal magnet untuk menarik wisatawan dalam dan luar negeri. Tidak heran, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada 25 tahun silam memiliki ide untuk "menjual" pesona negaranya dengan menghelat Tour de Langkawi (TdL).
Cita-cita Mahathir saat itu sebenarnya "sederhana," yakni untuk meletakkan Malaysia dalam peta olahraga dan pariwisata dunia. Kini boleh dibilang cita-cita itu cukup berhasil diwujudkan dengan semakin populernya balap sepeda.
Tahun 2020 menandai 25 tahun bergulirnya balapan tahunan tersebut. Bertepatan dengan angka monumental tersebut, TdL kini juga telah naik level, dari 2.HC road race menjadi UCI (Union Cyclist Internationale) Proseries.
Baca juga: Celano menjadi juara umum TdL meski tidak pernah menangi etape
Sebagai informasi, UCI Proseries merupakan balapan strata kedua dalam dunia balap sepeda. Balapan ini hanya berada satu kasta lebih rendah dari balapan berstatus UCI World Tour seperti Tour de France dan Giro d'Italia.
Tim-tim peserta
Pada 2020, terdapat 21 tim peserta yang ambil bagian dalam TdL. Jumlah tersebut berkurang satu tim dari edisi sebelumnya.
Dari ke-21 tim tersebut, terdapat satu tim berstatus tim dunia UCI yakni NTT Pro Cycling Team, lima tim pro, 14 tim kontinental, dan satu tim nasional Malaysia.
Merebaknya virus Corona memberi sedikit hantaman kepada penyelenggaraan TdL. Tim asal China Hengxhiang Cycling Team batal berangkat. Namun tim China lain SSOIS Miogee Cycling Team masih dapat turut serta.
Sesuai undangan yang diterima, Indonesia mengirim satu tim yakni PGN Road Cycling Team, yang diperkuat pemenang medali emas SEA Games 2019 nomor Time Trial Aiman Cahyadi.
Baca juga: 21 tim peserta TdL 2020 diperkenalkan
TdL tahun ini
TdL tahun ini diselenggarakan dalam delapan etape, dengan melintasi sembilan negara bagian Malaysia yakni Sarawak, Terengganu, Pahang, dua wilayah persekutuan (Putrajaya dan Kuala Lumpur) Selangor, Perak, Penang, dan Kedah.
Balapan tahun ini juga menandai kembalinya TdL ke Pulau Kalimantan setelah sempat dilewatkan sejak 1997. Saat itu, dua tim Italia yakni Mapei dan MG, serta satu tim Prancis Casino menolak tampil pada etape kedua akibat proses pengangkutan sepeda mereka yang terlalu lama menuju Sabah dan Sarawak.
Acara pembukaan dan perkenalan tim TdL tahun ini juga dilakukan di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kota Kinabalu, oleh Menteri Belia dan Sukan Malaysia Syed Saddiq. Tetapi antusiasme masyarakat tidak terlalu bagus saat acara tersebut dilakukan di Lapangan Merdeka, Kota Kinabalu, 5 Februari silam.
Saat ditanyakan kepada masyarakat mengapa mereka tidak tertarik menyaksikan acara pembukaan TdL, sebagian besar mengatakan karena mereka masih harus bekerja pada esok harinya. Sedangkan sebagian lain merasa mereka kesulitan untuk bisa mendapatkan tempat parkir sehingga lebih memilih untuk melewatkannya.
Namun tidak dapat dikatakan bahwa masyarakat Kota Kinabalu mengabaikan acara tersebut. Terbukti saat berlangsungnya ajang pemanasan Malaysian International Criterium di dalam kota pada 6 Februari, masyarakat ramai menyaksikan dan mengabadikan momen-momen para pebalap melintasi mereka.
Baca juga: Yoga finis posisi sembilan etape enam TdL 2020
Selanjutnya: Tour secara resmi...
Tour secara resmi kemudian dimulai dengan berlangsungnya etape pertama di Kuching, Sarawak, pada 7 Februari. Seperti di Kota Kinabalu, balapan di Kuching dilakukan dengan mengelilingi kota.
Pebalap Vino Astana-Motors Yevgeniy Fedorov merajai etape tersebut. Dengan catatan waktu 1:50:45, pebalap 19 tahun itu sukses merebut kaus kuning (waktu tercepat), kaus hijau (raja sprint), dan dan kaus putih (pebalap Asia terbaik).
Tour kemudian dilanjutkan dengan etape kedua di Malaysia bagian barat (Semenanjung), dengan trek dari Kuala Terengganu menuju Kerteh. Pada trek itu, pebalap tim Kontinental Australia ARA Pro Racing Sunshine Coast Taj Jones menjadi pemenang. Kaus kuning masih dipegang Fedorov, sedangkan kaus merah sebagai raja tanjakan menjadi milik pebalap Sapura Cycling Team Muhammad Nur Aiman Mohamad Zariff.
Etape ketiga yang berlangsung dari Temerloh menuju Kuala Lumpur menjadi milik pebalap NTT Pro Cycling Maximilian richard Walscheid menjadi yang tercepat di etape ini.
Pada etape ini pula pebalap Indonesia berkesempatan naik podium. Jamalidin Novardianto berhak naik podium karena ia menjadi pebalap Asia tercepat yang melintasi garis penamat. Sayangnya, itu adalah pertama dan terakhir kali pebalap dari tim PRCT dapat naik podium pada TdL tahun ini.
Etape keempat yang diselenggarakan dari Putrajaya sampai Genting Highlands menjadi etape terberat sekaligus berpotensi menentukan klasemen akhir.
Sebagaimana etape dengan jalur pendakian yang panjang, para penggemar balap sepeda mengisi sejumlah spot tempat para pebalap akan menanjak. Salah satu yang paling ramai adalah di dekat Kuil Chin Swee di Genting Highlands.
Di sana interaksi yang lebih lama dapat dinikmati para penggemar dibandingkan saat mereka menyaksikan balapan di trek datar. Walhasil, setiap pebalap yang melintas, tidak peduli dari tim atau negara apa, akan mendapat sorak-sorai dari para penggemar, tidak terkecuali dari tim PRCT asal Indonesia yang notabene "musuh bebuyutan" publik Malaysia.
Baca juga: Mamat catatkan kemenangan etape keduanya pada TdL 2020
Sayangnya jago tanjakan PRCT Aiman gagal mencatatkan hasil memuaskan di etape tersebut. Namun bagi penggemar pada umumnya, etape ini menyajikan hasil yang mengubah posisi di klasemen. Pebalap Team Sapura Cycling Danilo Celano berhasil merebut kaus kuning dari Fedorov. Selanjutnya, pria Italia itu akan terus mempertahankan kaus prestisius tersebut sampai TdL usai.
Pada etape kelima dari Kuala Kubu Bharu menuju Bandar Meru Jaya, publik tuan rumah mendapat hiburan istimewa karena pebalap mereka dari Terengganu Cycling Team Mohammad Harrif Saleh berhasil menjadi yang tercepat.
Etape keenam dari Taiping menuju Pulau Penang menjadi etape yang cukup dramatis karena penentuan pemenang harus ditentukan melalui foto finis, karena dua pebalap Hideto Nakane dan Gleb Brusensky melintasi garis finis hampir secara bersamaan. Setelah meninjau foto finis, Nakane kemudian dinobatkan sebagai pemenang.
Mohamad Harrif Saleh alias Mamat kembali menjadi yang tercepat pada etape ketujuh yang berlangsung dari Bagan menuju Alor Setar. Pebalap 31 tahun sah mencatatkan diri dalam buku sejarah sebagai satu-satunya pebalap Asia yang mampu memenangi tiga etape pada TdL, menyusul keberhasilannya di etape kelima dan setahun silam.
Etape terakhir yang diselenggarakan di Pulau Langkawi dengan dimulai dari Dataran Lang menuju Kuah dimenangi oleh Johan Le Bon dari tim B&B Hotel Vital Concept. Secara klasemen umum, hasil di etape tersebut tidak terlalu mempengaruhi, sehingga ketiga pebalap yang naik podium merupakan "muka-muka baru." Pebalap Sapura Cycling Team Danilo Celano sukses memuncaki klasemen umum akhir tanpa pernah sekalipun memenangi etape.
Baca juga: Jamalidin harus puas finis urutan 23 etape tujuh TdL
Selanjutnya: Acara-acara sampinganAcara-acara sampingan
Dapat dikatakan bahwa TdL yang diselenggarakan oleh Kementerian Belia dan Sukan Malaysia menjadi salah satu kenduri rakyat bagi publik negeri jiran.
Selain booth-booth yang menjual buah-buahan khas Asia Tenggara, dapat dengan mudah dijumpai balap sepeda khusus anak-anak dengan menggunakan push bike yang selalu diminati anak-anak usia prasekolah.
Panitia juga berusaha keras menjaga budaya bersepeda di kalangan warga lokal. Tidak heran, di dekat lokasi selalu ada kompetisi BMX dan cycle ball (sepak bola dengan sepeda).
Selain itu, sejumlah institusi negara seperti komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia dan badan lingkungan hidup juga membuka booth, mereka berupaya menjangkau lebih banyak khalayak dengan menggunakan TdL sebagai sarana promosi.
Kiprah PRCT
Sebagaimana telah disinggung di atas, satu-satunya wakil Indonesia dan PRCT yang dapat naik podium pada TdL tahun ini adalah Jamalidin Novardianto pada etape ketiga.
Terdapat beberapa faktor yang membuat PRCT tidak dapat berbuat banyak pada TdL tahun ini. Directur Sport PRCT Wawan Setyobudi menyebutkan pihaknya baru menerima undangan untuk mengikuti Tdl dua pekan sebelum pelaksanaan, yang menyebabkan persiapan mereka tergolong mepet.
Selain itu, andalan di trek tanjakan Aiman juga tidak berada dalam kondisi terbaiknya setelah tampil di Cambodia Bay Cycling Tour awal Januari silam. Sehingga kondisinya masih belum 100 persen untuk tampil di balapan multi etape seperti TdL.
Masalah lain adalah kendala-kendala teknis saat balapan berlangsung. Pada beberapa etape, pebalap PRCT mengalami masalah pada gearnya menjelang finis yang menyebabkan mereka gagal mengukir waktu terbaik.
Walau demikian, dengan berbagai keterbatasan pebalap PRCT masih mampu menduduki posisi yang lebih baik dibanding pebalap-pebalap Asia Tenggara lainnya di klasemen umum.
Jamal Hibatullah menduduki peringkat ke-14 pada klasemen akhir. Ia unggul dua posisi atas pebalap muda dari Thailand Continental Team Thanakhan Chaiyasombat. Sedangkan posisi terbaik pebalap tuan rumah digenggam oleh Muhammad Nur Aiman Mohamad Zarif, yang sekaligus merupakan pemegang kaus merah.
Baca juga: Posisi pebalap PRCT pada TdL tetap yang terbaik di Asia Tenggara
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020