Surabaya (ANTARA) - Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Tri Bagus Sasmito, menyebutkan stok gula di wilayah setempat memang ada penipisan di gudang-gudang penyimpanan, namun masih cukup sampai Mei 2020.
"Kebutuhan gula di Jawa Timur adalah 35.100 ton perbulan, sedangkan ketersediaan awal bulan Februari 2020 masih sekitar 150 ribu ton. Jadi asumsi kita masih cukup sampai bulan Mei," kata Bagus kepada wartawan di Surabaya, Senin.
Ia mengatakan, komoditas gula di Jatim mengalami kenaikan pada awal Januari 2020, salah satu faktornya adalah harga putusan lelang dari produsen ke distributor yang berada di harga Rp12 ribu.
"Distributor membeli ke pabrik gula sudah Rp12 ribu, tidak mungkin jatuh di pasar Rp12,5 karena ada beberapa rantai yang harus dilalui. Setelah distributor ada sub-distributor lalu pedagang besar dan ke pedagang baru ke konsumen," ujar Bagus.
Ia mencatat, harga gula di sejumlah pasar telah melampaui batas harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah sebesar Rp12.500 per kilogram, dan menembus Rp13 ribu hingga Rp14 ribu.
"Di Jatim, rata-rata masih di bawah Rp14 ribu yaitu Rp13.750, di Jakarta itu Rp15 ribu, di Jawa Barat dan Jawa Tengah rata-ratanya Rp14 ribu, hal ini berdasarkan pemantauan, kenaikan harga gula terjadi di 116 pasar di Jatim," katanya.
Sementara itu, untuk menekan kenaikan harga gula, Pemprov Jatim menyiapkan beberapa skema, salah satunya operasi pasar yang dilakukan di 30 titik setiap harinya dengan harga berada di bawah HET, yakni Rp11.500.
"Operasi pasar akan kami perpanjang, karena efektivitas operasi pasar itu bisa tercapai kalau digrojok dalam jumlah yang banyak. Mudah-mudahan segera bisa di bawah HET," katanya.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020