Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan bahwa lalu lintas orang di 135 pintu masuk ke wilayah Indonesia diawasi untuk mencegah penyebaran virus corona jenis baru yang telah menimbulkan wabah COVID-19 di sebagian wilayah China dan menyebar ke sejumlah negara.

"Kami tetap di pintu-pintu penjagaan, terus menerus mewaspadai lalu-lintas orang melalui 135 pintu masuk. Dari kesehatan menjadi palang pintu depan mengecek secara langsung secara visual apa-apa, maupun melakukan pemeriksaan, ya kita sambil berdoa bersama semoga tetap tidak ada yang masuk," katanya di gedung Bina Graha Jakarta, Senin.

Usai menghadiri rapat koordinasi "Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Penanganan COVID-19" bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, dia juga menjelaskan penyiapan laboratorium pendukung pemeriksaan pasien yang diduga terserang COVID-19.

"Termasuk pengecekan di laboratorium yang ada juga dipantau WHO dan kita memang sudah sangat memenuhi syarat. Semua antisipasi sudah dilakukan dan saya yakin ini membuat kita menjadi bangsa yang terus bersyukur karena mendapat perlindungan dan penjagaan dari Tuhan Yang Maha Esa," kata Terawan.

Ia mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan pemerintah negara lain yang melaporkan kasus positif COVID-19.

"Kita bekerja sama dengan kementerian dan imigrasi dari Singapura juga, mereka memberi warning (peringatan) mana warga yang terkontak dan Singapura bukan episentrum," katanya.

Terawan mengatakan bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) episentrum COVID-19 hanya China daratan.

"Kami bekerja sama dengan imigrasi dan kementerian dengan melakukan warning dan selalu mengecek karena tidak ada satu negara pun yang membiarkan warganya yang sakit masuk ke negara lain, jadi jangan khawatir," katanya.

Singapura melaporkan 75 kasus positif COVID-19, menjadikannya sebagai negara di luar China yang melaporkan paling banyak kasus infeksi virus corona baru. China daratan melaporkan 70.510 kasus COVID-19 dan 1.775 korban jiwa akibat penyakit itu.

Selain itu ada laporan 355 kasus COVID-19 di kapal pesiar Diamond Princess yang membawa 3.700 penumpang dan awak. Kapal itu menjadi tempat dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di luar China.

Di kapal itu ada 78 warga negara Indonesia dan semuanya dinyatakan tidak terinfeksi virus corona.

"Kita tunggu hasil PCR-nya (Polymerase Chain Reaction), hasil pemeriksaannya, kalau negatif, saya juga akan ke sana untuk mengecek dan menjemputnya," kata Terawan.

"Tapi saya harus berkoordinasi dulu apakah diperkenankan atau tidak secara keprotokoleran kenegaraan. Kami butuh sertifikasi sehingga kalau di sana sehat dan baik, ngapain diobservasi lagi?" ia menambahkan.

Menghadang di Pintu Masuk

Direktur Izin Tinggal Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM Bambang Widodo mengatakan bahwa semenjak COVID-19 mewabah sudah ada 109 orang yang ditolak masuk ke Indonesia.

"Yang sudah ditolak ada 109 orang. Kenapa ditolak? Karena berdasarkan pemeriksaan paspor mereka pernah tinggal 14 hari di mainland (China daratan) sejak akhir Januari hingga sekarang," kata Bambang.

Perinciannya, 85 orang ditolak masuk di Bandara Ngurah Rai, 13 orang ditolak masuk di Bandara Soekarno Hatta, lima orang ditolak masuk di Bandara Juanda Surabaya, lima orang ditolak masuk di Bandara Kualanamu Medan, dan satu orang ditolak di pelabuhan Batam.

Selain itu ada 36 orang yang visanya ditolak di imigrasi, meliputi tujuh warga Rusia, satu warga Rumania, empat warga Brazil, satu warga Tiongkok, tiga warga Armenia, satu warga Selandia Baru, dua warga Ukraina, tiga warga Inggris, dua warga Maroko, enam warga Kazakhstan, dua warga Amerika Serikat, satu warga Ghana, satu warga Australia, satu warga Kanada, dan satu warga Maladewa.

Orang-orang yang ditolak masuk ke Indonesia, menurut dia, dikembalikan ke bandara terakhir yang mereka datangi.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020