proses hukumnya harus berdasarkan keadilan restoratif
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan menyerahkan penanganan hukum kasus perundungan terhadap salah satu murid SMP negeri di Malang kepada polisi, tetapi akan memastikan polisi menggunakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
"Karena pelaku masih usia anak, yaitu 13 tahun, maka mengacu pada Sistem Peradilan Pidana Anak maka proses hukumnya harus berdasarkan keadilan restoratif," kata Asisten Deputi Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Valentina Gintings melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Valentina mengatakan keadilan restoratif pada Sistem Peradilan Pidana Anak mengusung keadilan yang bersifat memulihkan, baik untuk pelaku maupun korban.
Baca juga: KPAI minta warganet stop penyebaran video kekerasan terhadap anak
Baca juga: Akademisi: Anak harus diberi pemahaman bahaya perundungan
Baca juga: DPRD Kota Malang minta kamera pengawas di sekolah ditambah
Salah satu bentuk keadilan restoratif adalah diversi maupun restitusi. Diversi dapat diberikan dalam bentuk pengembalian kerugian demi kepentingan terbaik anak korban maupun anak pelaku, sedangkan restitusi berupa ganti rugi akibat penderitaan yang ditimbulkan dari tindak pidana berupa penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologis.
Apalagi, menurut dia, sejauh ini pelaku sudah membuat surat pernyataan untuk menanggung biaya pengobatan korban.
"Para pelaku masih terus didampingi psikolog agar tidak mengalami trauma dan mendapatkan keadilan restoratif sehingga dapat kembali bersekolah," tuturnya.
Baca juga: Polisi tetapkan dua tersangka kasus perundungan anak di Kota Malang
Baca juga: Kepsek SMPN 16 Kota Malang dicopot terkait kasus perundungan
Baca juga: Praktisi pendidikan: Semua guru harus miliki wawasan perundungan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memiliki program disiplin positif yang ditujukan untuk mencegah kekerasan terjadi di sekolah dengan melibatkan guru.
"Untuk kasus kekerasan, upaya pencegahan menjadi prioritas dengan memperkuat sistem pelindungan anak mulai dari sekolah, rumah, dan lingkungannya. Salah satunya melalui peningkatan pemahaman tenaga pendidik mengenai disiplin positif," katanya.
Disiplin positif diterapkan dengan membuka ruang dialog antara guru dan murid terkait dengan persoalan yang dihadapi murid. Bila hal itu ditanamkan, Valentina meyakini kasus kekerasan tidak akan terjadi di sekolah.
Baca juga: Jari siswa korban perundungan di Malang harus diamputasi
Baca juga: Disdik Pekanbaru usut korban perundungan anak SMP
Baca juga: KPAI: Hari Anak Nasional perundungan di sekolah angkanya tinggi
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020