"Radikalisme itu melahirkan sikap terorisme, yang dimulai dari sikap intoleran atau ananiyah. Jangan sampai khatib mengobarkan sikap-sikap seperti itu, itu gaduh nanti umat. Itu komitmen yang harus dimiliki khatib-khatib," kata Wapres Ma'ruf saat membuka Rakernas II dan Halaqah Khatib Indonesia di Istana Wapres Jakarta, Jumat.
Baca juga: Presiden: Terorisme dan radikalisme masih menjadi tantangan serius
Baca juga: Presiden akan bangun terowongan bawah tanah dari Istiqlal ke Katedral
Baca juga: Katedral sambut baik rencana pembangunan Terowongan Silahturahmi
Sebagai salah satu hulu dari penyebaran ajaran Islam, Wapres Ma'ruf meminta para khatib untuk memiliki komitmen dalam menjaga keutuhan dan persatuan nasional dengan mengajak umat Islam meningkatkan toleransi, baik kepada sesama umat Islam juga agama lain.
"Perbedaan agama juga kita harus bertoleransi. Kita diajarkan lakum diinukum wa liya diin, jadi ya kita masing-masing saja. Di dalam persaudaraan Islam tidak boleh ada sikap ananiyah; jangankan kepada non-Muslim, kepada sesama Muslim saja sudah meng-kafir-kan. Nah, itu namanya sikap ananiyah," jelas Wapres.
Baca juga: Penggiat ingatkan hati-hati intoleran bisa naik level radikal
Baca juga: Generasi milenial jangan sampai terkena virus intoleran-radikalisme
Untuk menyampaikan ceramah agama yang toleran, lanjut Wapres, para khatib harus memiliki wawasan luas dan mengutamakan narasi-narasi kerukunan. Dengan demikian, khotbah-khotbah yang disampaikan di setiap ibadah Salat Jumat itu tidak akan menimbulkan konflik antarsesama.
"Kita harus menjaga toleransi kerukunan, dan kita harus membangun narasi-narasi kerukunan. Di dalam khotbah itu jangan membangun narasi konflik dan narasi permusuhan," tegasnya.
Wapres meminta Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (DMI) juga turut mendorong program Pemerintah dalam menanggulangi radikal terorisme, dengan ikut memberikan pemahaman kepada para khatib akan bahaya paham radikal.
"Oleh karena itu saya minta itu dipahami betul oleh para khatib karena khatib merupakan juru dakwah utama dan terdepan, mempunyai peran penting dalam ibadah dan peran sosial yang luas," ujarnya.
Baca juga: Dirjen Otda akan koreksi perda diskriminatif dan intoleran
Baca juga: SETARA sebut perda diskriminatif dilatarbelakangi motif politik
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020