"Saat pilkada masyarakat biasanya terpolarisasi namun itu hal wajar dalam demokrasi yang paling penting adalah jangan sampai berujung konflik," kata dia di Padang, Jumat usai memberikan Kuliah Umum di Universitas Andalas (Unand) dengan tema Persatuan Bangsa Untuk Indonesia Maju.
Menurutnya jika konflik akibat polarisasi membesar kemudian terjadi tindakan anarkis maka bisa mengancam keutuhan bangsa.
"Itu yang tidak boleh dan harus dicegah bersama, pilkada itu pesta demokrasi, usai pilkada selesai ya bersalaman lagi," kata dia.
Menurut dia berbeda pilihan pada kontestasi demokrasi yang digelar dalam lima tahun sekali itu adalah hal biasa.
Perbedaan yang ada jangan diperuncing hingga akhirnya menjadi konflik, mari cari persamaan diantara perbedaan yang ada untuk menjaga persatuan sesama anak bangsa, kata dia.
Ia menekankan kalau semua pihak menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan, menjaga nilai toleransi, kebersamaan maka Indonesia akan bisa maju.
Untuk mengantisipasi pengamanan pilkada pihaknya di tingkat Polda sudah menyiapkan langkah-langkah pengamanan.
Nanti ada Satgas Nusantara di tingkat pusat dan wilayah mencegah terjadinya perpecahan di tingkat masyarakat , ujarnya.
Pada sisi lain ia menilai situasi Sumatera Barat cukup kondusif karena tokoh masyarakat akademisi bisa duduk bersama dan belum ada konflik sosial yang terjadi berdasarkan laporan yang diterima.
Sementara Rektor Unand Yuliandri menyampaikan menyampaikan saat ini bangsa kita sesungguhnya masih sedang dalam proses uji ketahanan persatuan dan kesatuan bangsa.
"Banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi bangsa ini untuk mempertahankan persatuannya. Mulai dari persoalan ekonomi, sosial, budaya, agama, hingga masalah politik, semuanya memiliki ujian sendiri-sendiri terhadap keutuhan bangsa," ujarnya.
Menurutnya pada bidang sosial, budaya dan agama, Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan seperti menguatnya sentimen etnik, sentimen agama dan ras.
Bahasa-bahasa yang bernada rasial akhir-akhir ini sering kita dengar, sekalipun beberapa masalah separatisme telah ditangani pemerintah, namun tantangan disintegrasi tetap masih bertahan. Salah satunya disponsori isu-isu yang bernuansa SARA, ujarnya.
Sedangkan di bidang politik, kontestasi pemilu cenderung diwarnai dengan praktik politik yang tidak sehat dan menggunakan isu-isu yang sensitif bagi persatuan anak bangsa.
Ia menilai sistem demokrasi dengan pemilu sebagai sarana pelaksanaan tidak salah, namun sebagian manusia yang menempuh jalan perjuangan politik justru tidak mampu menjaga cita-cita mulia kehidupan politik.
"Sebagian mereka bahkan cenderung berpikir pragmatis ketika hendak memenangkan kontestasi. Cara-cara yang tidak konstruktif bagi demokrasi justru ditempuh. Kontestasi yang tidak sehat dipelihara, sehingga kepercayaan pada sistem politik demokrasi makin menurun," kata dia.
Baca juga: Kapolda Kalbar berharap penyelenggaraan Pilkada 2020 aman-damai
Baca juga: Bawaslu Surakarta tingkatkan kewaspadaan jelang pilkada
Baca juga: 13 Polda siap bantu pastikan keamanan Pilkada dan PON Papua
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020