tahapan yang bisa kita ambil saat ini lebih ke arah sanitasi kandangnya saja, agar hewannya tidak mudah terkena penyakit
Sleman (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan belum ditemukan adanya kasus ternak babi yang terinfeksi virus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) di wilayah tersebut.
"Sampai saat ini ini belum ada temuan, kasus, suspect atau bahkan orang yang terkontaminasi. Di Sleman peternakan babi sedikit, jadi tidak akan masif," kata Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono di Sleman, Jumat.
Menurut dia, jumlah peternakan babi di Sleman tidak terlalu banyak, sehingga kecil kemungkinan timbulnya jenis virus baru tersebut.
"Namun kami tetap waspada, virus ASF tersebut tergolong baru dan belum ada obatnya," katanya.
Ia mengatakan, selain itu sasaran penyakit itu seperti apa, dan pola penyebarannya seperti apa pihaknya juga belum mengetahui lebih lanjut.
"Memang untuk virus ASF ini belum ada obatnya. Kami juga belum tahu pola penyerangannya seperti apa. Maka tahapan yang bisa kita ambil saat ini lebih ke arah sanitasi kandangnya saja, agar hewannya tidak mudah terkena penyakit," katanya.
Heru meminta kepada para peternak untuk selalu memperhatikan kebersihan kandang. Selain itu, pakan ternak harus dipastikan kebersihannya agar tidak ada penyebaran virus maupun penyakit yang bisa masuk ke hewan.
"Kami terus melakukan edukasi untuk kebersihan kandang, pakannya harus betul betul sehat agar proses penularan virus atau kontak dengan virus bisa dikurangi," katanya.
Sementara itu salah satu peternak babi di Gancahan, Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman Anna mengatakan akibat wabah virus sejumlah peternakan babi di Kabupaten Sleman mengalami penurunan permintaan hingga 50 persen.
"Penjualan ternak babi menjadi lesu sejak isu ASF mencuat sekitar satu bulan lalu," katanya.
Menurut dia, selama ini dirinya memasok hampir sekitar 70 ekor babi khususnya ke daerah Jakarta setiap dua pekan. Namun semenjak isu ASF, jumlah pesanan berkurang hampir separonya.
"Lebih dari sebulan ini lesu. Permintaan turun, dan waktunya sering mundur," katanya.
Anna mengatakan, selama ini ternak yang dijual selalu dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
"Memang selalu dilengkapi dengan surat-surat dari Puskeswan. Tapi ya tidak tahu kenapa turun," katanya.
Anna yang juga tergabung dalam Asosiasi Peternak Babi DIY, mengaku di Sleman dan sekitarnya masih aman dari serangan virus tersebut.
"Sejauh yang saya tau, di Jawa bahkan di Sleman dan sekitarnya masih aman. Belum ada penyakit tersebut. Upaya proteksi dari pemerintah dilakukan dengan menutup perpindahan ternak babi antarpulau untuk menghindari penyebaran virus ASF," katanya.
Selain itu, dari peternak sendiri juga melakukan proteksi terhadap kondisi kesehatan hewan dengan meningkatkan "bio security"-nya.
"Kami tingkatkan bio security-nya. Seperti kandang harus selalu dibersihkan, dan disemprot desinfektan. Hewan rutin dimandikan dan diberi pakan setiap hari sebanyak dua kali," katanya.
Baca juga: Kementan cegah virus ASF masuk ke Indonesia
Baca juga: Virus ASF tak pengaruhi ekspor babi Kepri ke Singapura
Baca juga: Pemprov Bali petakan 25 titik berisiko terkena virus demam babi Afrika
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020