Bekasi (ANTARA) - Sejumlah murid SMA Negeri 12 Bekasi, Jawa Barat, mengecam aksi anarkis oknum guru yang memukili teman sekolahnya secara bertubi-tubi itu.
Salah salah satu murid SMA Negeri 12 Bekasi yang enggan disebutkan namanya mengatakan, Idayanto terkenal sebagai guru killer atau menyebalkan di kalangan siswa setempat. Menurut dia, kekerasan Idayanto terhadap siswa bukan kali pertama sejak videonya viral pada Selasa lalu (11/2/2020).
"Pak Iday memang begitu suka marah-marah, guru nyebelin, seram juga. Banyak siswa yang takut," kata pelajar berkelamin laki-laki itu, Kamis (13/2/2020).
Ia mengatakan, di kelas Idayanto menerangkan pelajaran layaknya guru biasa namun jika murid di kelas melakukan kesalahan bukan saja ditegur melalui bimbingan namun bisa sampai tahap kekerasan.
"Misalnya lempar pulpen, ya intinya tidak pakai mulut ada saja barang yang dilempar," katanya.
Ketua OSIS SMA Negeri 12 Bekasi, Muhamad Altafrafif (17), membenarkan Idayanto terkenal dengan sikap temperamental terhadap siswa namun sikap emosional yang meledak-ledak itu terjadi karena ada pemicunya.
"Memang si guru itu salah, cuma karena pemicunya dari siswanya itu sendiri, misalnya contoh terlambat dan tidak pakai atribut lengkap," kata Rafif.
Rafif berharap agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi di SMA Negeri 12 Bekasi. Ia juga tidak menginginkan para siswa untuk tidak terlarut jauh membahas Idayanto.
"Saya berharap ke depan tidak ada apa-apa lagi. Tidak ada kekerasan lagi kasus itu sudah diurus pihak berwenang. Tugas kami belajar dan mengikuti proses belajar di sekolah," katanya.
Wakil Kepala SMA Negeri 12 Bekasi, Ade Bahri, mengatakan Idayanto saat ini telah dirumahkan sementara. Hal itu sebagai upaya merelaksasi diri antara Idayanto dengan para siswa.
"Untuk sementara oleh Bu Kepsek sudah dirumahkan dulu. Jabatannya juga telah dibebastugaskan di sekolah. Ini sekarang masih berjalan dan kami masih berdiskusi dengan perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan Bekasi," katanya.
Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020