mengirim spesimen untuk COVID-19 itu tidak bisa menggunakan media yang biasanya

Saumlaki (ANTARA) - Tim medis yang menangani BN, salah seorang suspect Corona dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar Provinsi Maluku yang kini sedang menjalani karantina di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. PP Magretti, belum bisa mengirim spesimen terduga pasien terjangkit COVID-19 ke laboratorium Puslitbang Kemenkes RI untuk diketahui hasilnya.

Dalam keterangan pers kepada wartawan di Saumlaki, Kamis, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dr. Edwin Tomasoa menjelaskan bahwa tim medis telah bergerak cepat untuk mengisolasi BN yang diduga terjangkit virus corona (COVID-19) semenjak tanggal 12 Februari 2020, namun hingga kini belum bisa mengirim spesimen karena tidak ada media transpor khusus.

"Kita belum bisa mengirim spesimen itu karena ternyata mengirim spesimen untuk COVID-19 itu tidak bisa menggunakan media yang biasanya digunakan. Kita membutuhkan media transpor yang khusus dan berbeda. Dan media transpor ini tidak tersedia di Saumlaki maupun Ambon, harus didatangkan dari Jakarta atau Surabaya dan saat tiba di Saumlaki baru kita bisa ambil spesimen dan kirim kembali ke Surabaya," kata Tomasoa.

Baca juga: Tim KKP Makassar akan uji spesimen seorang warga Tanimbar

Tentang kendala ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar telah membentuk tim khusus dengan melibatkan pihak kantor kesehatan pelabuhan dan kepolisian setempat. Selain itu telah ada koordinasi dengan pemerintah provinsi Maluku untuk mempercepat pengiriman media transpor tersebut dari Jakarta atau Surabaya.

Menurut dia spesimen yang akan dikirim ke laboratorium di Surabaya sesuai ketentuan, tidak bisa bertahan lebih dari 24 jam. Untuk itu sesuai ketentuan, pengiriman spesimen nanti menjadi tugas dari kantor kesehatan pelabuhan. Tugas rumah sakit adalah apabila media sudah siap, spsimennya diambil dari kerongkongan dan lendir lalu diserahkan kepada pihak kantor kesehatan pelabuhan untuk dikirim.

"Kami berharap, mungkin esok sore media transpor sudah tiba di Saumlaki dan kita kirim lalu segera berkoordinasi dengan kementerian kesehatan. Kita berharap secepatnya karena tidak ada penerbangan pagi pada hari Jumat"katanya.

Selain itu, hingga saat ini RSUD Magretti belum memiliki Alat Perlindungan Diri Standar (APDS) dan tidak ada dokter spesialis penyakit dalam. Tidak tersedianya APDS dan dokter spesialis penyakit dalam ini mengakibatkan penanganan pasien suspect COVID-19 belum maksimal.

Tim medis yang menangani BN, hanya bisa berkomunikasi jarak jauh melalui telepon maupun WhatsApp.

"Semenjak kemarin kita tidak banyak lakukan karena masih terbatas dengan APDS. Jika sudah ada APDS baru kita lakukan pemeriksaan yang lebih detail sehingga kontak antara tim medis dan penderita bisa lebih lama" terangnya.

Selain itu, pemerintah provinsi Maluku melalui dinas kesehatan provinsi telah memastikan untuk menerjunkan tenaga spesialis penyakit dalam untuk membantu menangani pasien suspect COVID-19 yang kini telah dikarantina di ruang khusus RSUD Magretti semenjak kemarin.

Sambil menunggu pengiriman spesimen dan kepastian diagnosa, ada sejumlah langkah yang telah dilakukan yakni dilakukan karantina gedung tempat BN dirawat dan karantina rumah keluarga BN yang beralamat di desa Sifnana, kecamatan Tanimbar Selatan.

Setelah diberlakukan maka tidak ada seorangpun yang masuk keluar ruangan di rumah sakit termasuk keluarga. Hanya saja petugas kesehatan yang sudah menggunakan APDS.

"Sementara untuk proses karantina rumah keluarga BN ini akan secara teknis dilakukan bekerja sama dengan kantor kesehatan pelabuhan dan Polres MTB. Setelah proses itu diberlakukan maka alur orang keluar masuk akan dibatasi" katanya.

Direktur RSUD Dr PP Magretti, dr. Fulfully Ch. Nuniary menjelaskan saat saat ini kondisi BN relatif stabil dibandingkan dengan saat pertama ditangani oleh tim medis.

Saat awal, BN mengeluh ada nyeri tulang belakang, sedikit batuk, nafas sesak namun saat ini berangsur membaik.

"Keluhan tulang belakang saat ini sudah cukup stabil karena ada perawatan khusus dari tim medis. Kalau sudah ada APDS maka kami akan menilai fisik yang bersangkutan dan melakukan pemeriksaan tambahan seperti laboratorium darah rutin dan sebagainya" katanya.

Fulfully menambahkan, hingga kini BN terus diberikan nutrisi yang cukup sehingga daya tahan tubuhnya tetap stabil.

Dia menegaskan, tim medis hingga kini belum mendiagnosa BN sebagai penderita dan masih berstatus terduga hingga ada diagnosa dari pusat laboratorium di Surabaya atau Jakarta yang melakukan observasi terhadap spesimen dari BN.

Baca juga: Warga Tanimbar dikarantina 14 hari

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020