Washington (ANTARA) - Senat Amerika Serikat mengajukan pembuatan undang-undang pada Rabu untuk membatasi kemampuan Presiden Donald Trump untuk melancarkan perang melawan Iran.
Resolusi itu mengharuskan Trump untuk menghapus pasukan AS yang terlibat dalam permusuhan terhadap Iran kecuali Kongres menyatakan perang atau membolehkan otorisasi khusus untuk menggunakan kekuatan militer.
Saat pemungutan suara awal , 51 anggota senat mendukung aturan baru tersebut, sementara 45 anggota senat lainnya tidak mendukung aturan itu.
Pemungutan suara final akan dilakukan pada Rabu atau Kamis.
Partai Republik, termasuk Trump, mengatakan bagian itu akan mengirim pesan yang salah ke Teheran.
"Sangat penting bagi keamanan negara kami bahwa Senat Amerika Serikat tidak memberikan suara untuk resolusi kekuatan perang Iran. Ini bukan waktunya untuk menunjukkan kelemahan," kata Trump di Twitter.
Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan resolusi itu menyalahgunakan Undang-Undang Kekuatan Perang karena undang-undang itu dimaksudkan untuk mencegah penyebaran ribuan pasukan ke pertempuran berkelanjutan tanpa otorisasi kongres.
Pendukung tidak setuju.
"Kami tidak mengirim pesan kelemahan ketika kami membela aturan hukum," ujar Senator dari Partai Demokrat Tim Kaine pada konferensi pers.
"Itu adalah pesan yang mengandung kekuatan dan itu terutama berbicara kepada orang-orang di seluruh dunia yang berada di jalan-jalan memprotes ... karena mereka menginginkan supremasi hukum," kata Kaine.
Menyebut dirinya "penggemar berat" kebijakan luar negeri Trump, Lee mengatakan resolusi mendukung tujuan Trump untuk membatasi aksi militer. "Ini seharusnya tidak kontroversial," kata Lee.
Dewan Perwakilan Rakyat yang dipimpin Partai Demokrat meloloskan resolusi yang sama bulan lalu, ketika Demokrat dan beberapa anggota Partai Republik marah atas kegagalan Trump untuk sepenuhnya memberi tahu mereka tentang strategi Iran-nya.
Trump bulan lalu memerintahkan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani di bandara di Baghdad, tetapi tidak memberitahu Kongres setelah serangan itu.
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020