Kemampuan deteksi itu sudah ada dan itu bukan sesuatu yang baru buat kami

Jakarta (ANTARA) - Salah satu pendiri Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Herawati Sudoyo mengatakan bahwa Indonesia mampu mendeteksi virus corona tipe baru bernama COVID-19 baik dari segi sumber daya manusia dan juga fasilitas laboratorium yang ada.

"Kemampuan deteksi itu sudah ada dan itu bukan sesuatu yang baru buat kami," kata Herawati dalam seminar awam tentang virus corona COVID-19 di Lembaga Eijkman Jakarta, Rabu.

Dalam penjelasan salah seorang peneliti virus di Lembaga Eijkman Frilasita Aisyah Yudhaputri disebutkan bahwa Lembaga Eijkman telah memiliki dua cara pendeteksi yaitu dengan pan-coronavirus maupun yang lebih sensitif yaitu dengan 2019-nCoV Quantitative PCR.

Selain itu Lembaga Eijkman juga memiliki laboratorium level tiga yang seperti dimiliki oleh Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan dan juga pusat genom untuk melakukan sequencing DNA atau pengurutan DNA untuk mengetahui informasi paling mendasar suatu gen atau genom.

Herawati mengatakan pendeteksian virus corona bukan merupakan hal baru dan proses pemecahan DNA adalah hal rutin yang biasa dilakukan di Lembaga Eijkman.

Baca juga: Lembaga Eijkman pastikan kemampuan deteksi virus corona di Indonesia

Herawati yang merupakan penemu DNA forensik pada kasus bom Bali dan penemu DNA asli orang Indonesia berasal dari Afrika tersebut mengatakan bahwa media yang menyebut Indonesia belum bisa mendeteksi virus corona salah mengartikan pernyataan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio.

Dia menerangkan bahwa pernyataan Prof Amin adalah Indonesia telah memiliki alat pendeteksi virus corona bernama pan coronavirus yang memerlukan waktu sedikit lebih lama. Namun pada saat itu Prof Amin mengatakan Indonesia belum memiliki pendeteksi yang lebih sensitif dan dengan waktu lebih singkat. Pada saat ini pendeteksi virus corona terbaru tersebut telah tersedia.

"Jadi disalahartikan bahwa Indonesia, dalam hal ini mungkin bukan Lembaga Eijkman lagi, bahwa Indonesia tidak memiliki tes tersebut. Tapi sebenarnya kemampuan itu ada," kata Herawati.

Herawati lantas menjabarkan alasan Indonesia sampai saat ini belum mengumumkan kasus konfirmasi COVID-19 bisa terjadi dari beberapa faktor dan dijelaskan dengan parameter yang sistematis.

Dia mengatakan pemeriksaan sampel silang di sejumlah laboratorium berbeda, ataupun pengambilan sampel yang lebih banyak mungkin diperlukan untuk memperkuat konfirmasi hasil laboratorium untuk meyakinkan publik terhadap kemampuan Indonesia dalam mendeteksi virus corona.

Hingga saat ini pemeriksaan spesimen orang yang terduga terinfeksi virus corona hanya dilakukan oleh pemerintah melalui Balitbang Kesehatan Kementerian Kesehatan. Dari 64 spesimen yang telah diperiksa, sebanyak 62 terdeteksi negatif dan dua lainnya masih dalam pemeriksaan.

Baca juga: Eijkman imbau masyarakat Natuna tidak khawatir tertular virus corona

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020