Angka prevalensi stunting saat ini masih tinggi
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya fokus pada pengendalian jumlah penduduk, melainkan juga turut berperan dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul dengan memastikan bayi lahir sehat.
"Saya mengharapkan BKKBN dapat sungguh-sungguh menjalankan program keluarga berencana yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan penduduk dan kontrasepsi, namun menjadikannya sebagai ujung tombak agar memiliki SDM produktif," kata Wapres saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Banggakencana) Tahun 2020 di Gedung BKKBN Jakarta, Rabu.
Untuk mendapatkan SDM Indonesia yang unggul dan produktif, kata Wapres Ma'ruf, diperlukan pengawasan dan pemberian cukup gizi bagi ibu hamil dan bayi lahir, sehingga didapatkan generasi baru yang berkualitas.
Baca juga: BKKBN Targetkan Tambahan Peserta KB Baru 7,1 Juta Orang
Wapres Ma'ruf juga meminta BKKBN turut mendorong upaya Pemerintah dalam menurunkan prevalensi anak kerdil atau stunting, yang ditargetkan mencapai 14 persen di akhir 2024. Saat ini angka prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen, turun dari angka 37,2 persen pada 2013.
"Angka prevalensi stunting saat ini masih tinggi karena hampir satu dari tiga anak balita mengalami stunting. Maka dalam RPJMN 2020-2024, Pemerintah telah menetapkan target yang ambisius untuk menurunkan prevalensi stunting sampai pada angka 14 persen pada akhir tahun 2024," jelas Wapres.
Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan instansinya akan mendukung program Pemerintah dalam menciptakan generasi baru yang unggul. Untuk dapat mencapai angka stunting 14 persen di 2024, Hasto mengatakan BKKBN akan mengutamakan perbaikan gizi pada ibu hami dan bayi kelahiran tahun 2020 hingga 2022.
"BKKBN mencegah lahirnya generasi yang tidak unggul, seperti cacat, gangguan mental dan stunting. Untuk penilaian angka stunting 14 persen, maka balita yang akan dinilai itu adalah bayi yang lahir pada tahun 2020-2022, itu yang akan menjadi target untuk 14 persen itu," kata Hasto.
Untuk mencapai target tersebut, Hasto mengatakan akan menggalakkan program yang dia sebut sebagai "Empat Tidak Terlalu", yakni tidak terlalu sering melahirkan, tidak terlalu banyak anak, usia ibu hamil tidak terlalu muda, serta usia ibu hamil tidak terlalu tua.
Baca juga: Rakernas BKKBN tingkatkan koordinasi pemangku kepentingan capai target strategis
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020