Solo (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada generasi muda untuk mencari guru yang benar agar tidak sesat termasuk tersesat dalam paham radikalisme.
"Sumber radikalisasi datangnya dari mana, bagaimana cara masuknya. Untuk mengantisipasinya anak-anak perlu dilapisi dengan kekuatan," katanya pada kegiatan Penguatan Nilai-nilai Kebangsaan di SMKN 8 Surakarta, Rabu.
Ia mengatakan penguatan ini di antaranya memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang cukup sehingga generasi muda khususnya siswa bisa menyaring ajaran apa saja yang sampai ke mereka.
"Yang pasti penguatan nilai-nilai kebangsaan ini bisa memberikan pencerahan yang lebih mudah dipahami oleh anak-anak," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Ganjar juga berkesempatan melakukan dialog dengan eksnapiter atau mantan narapidana terorisme Joko Tri Harmanto alias Jack Harun di depan ratusan siswa sekolah tersebut.
"Menyesal atau tidak melakukan kejahatan itu (aksi terorisme)?," tanya Ganjar.
Joko sendiri mengaku menyesal telah menciderai bahkan membunuh banyak orang akibat aksinya tersebut. Bahkan, dikatakannya, penyesalan terbesar adalah ketika melihat orang tuanya menangis saat dia akhirnya ditangkap Polisi untuk mempertanggungjawabkan aksinya tersebut.
"Penyesalan yang amat sangat karena melihat orang tua menangis saat saya ditangkap. Yang pasti adalah kebaikan tidak harus menciderai orang lain, kebaikan harus membahagiakan orang lain. Tidak harus membunuh orang lain," katanya.
Pada kesempatan tersebut, salah satu pelaku Bom Bali I ini juga berpesan kepada para siswa untuk lebih bijak dalam memanfaatkan media informasi.
"Sebagai anak muda, waktu itu saya hanya melihat sebuah media. Lihat di internet ada pembantaian di Poso dan di belahan bumi lain. Itu saya ikuti. Oleh karena itu, pesan saya kepada para anak muda adalah gunakan media secara bijak dari carilah guru yang tepat agar bisa mengarahkan ke jalan yang benar," katanya.
Baca juga: Sejumlah PNS gagal seleksi eselon karena terpapar radikalisme
Baca juga: Trend radikalisme dan intoleransi cenderung meningkat di Indonesia
Baca juga: Mahfud: Makna radikal dalam konteks hukum tidak perlu diperdebatkan
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020