Jakarta (ANTARA) - Ketua umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan berdasarkan hasil sebuah penelitian mengungkapkan bahwa hanya 10 persen populasi manusia yang tidak terkena kanker paru meskipun aktif sebagai perokok.
"Ada sekitar 10 persen di dunia orang perokok itu dia tidak sakit. Hal itu dikarenakan ada faktor genetik yang hingga kini belum bisa dijawab secara medis," kata dia di Jakarta, Selasa, terkait masalah kanker paru.
Namun, ujar dia, meskipun individu perokok tersebut tidak terkena kanker paru bisa jadi ia terserang penyakit lain akibat merokok.
"Rokok itu tidak hanya menyebabkan kanker (paru), tapi bisa menyebabkan penyakit lain," katanya.
Meskipun demikian, sekitar 90 persen orang yang merokok berpotensi besar terserang berbagai macam penyakit, salah satunya kanker paru-paru.
"Data 10 persen itu sudah ada riset di luar negeri," katanya.
Baca juga: Dokter paru anjurkan masyarakat lakukan pemeriksaan kesehatan berkala
Terkait perbandingan bahaya kesehatan akibat mengisap rokok biasa dengan vape atau rokok elektrik, Ketua kelompok kerja (Pokja) Kanker Paru (PDPI) dr Elisna Syahruddin mengatakan risikonya sama saja.
"Justru asap dari vape itu lebih kental. Meskipun ada yang mengatakan kandungan vape itu aman, tapi iritasi asapnya tetap saja terisap ke saluran pernapasan," kata dia.
Baca juga: Rokok elektrik bisa sebabkan kanker, penyakit paru, hingga TB
Ia mengatakan penyebab kanker paru ialah unsur yang terkandung dalam asap rokok dan aliran asap ke saluran pernapasan manusia sehingga menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Baca juga: Benarkah vape bisa bantu berhenti merokok konvensional?
Bahkan, ujarnya, meskipun rokok tersebut dikategorikan herbal tetap saja dapat memicu kanker paru. Hal itu termasuk pula rokok shisha ala timur tengah karena asapnya bisa merusak saluran pernapasan.
Ia menambahkan meningkatnya angka kanker paru di Indonesia selama 10 tahun terakhir disebabkan oleh faktor risiko penyakit itu tidak dikendalikan sehingga menambah jumlah penderita.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020