tingginya peningkatan tersebut dipicu oleh faktor risiko terutama rokok. Selain itu, para penderita kanker paru juga disebabkan oleh perokok pasif.

Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan situasi kanker di Tanah Air saat ini memasuki zona serius dimana angka kunjungan pasien kanker paru meningkat 10 kali lipat dibandingkan 15 tahun yang lalu.

"Ini menjadi perhatian kita semua dan berharap masyarakat lebih peduli terhadap kanker paru," kata Ketua umum PDPI dr Agus Dwi Susanto di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data PDPI menemukan bahwa insiden tertinggi di Indonesia yaitu laki-laki dan 11,2 persen di antaranya kaum perempuan. Bahkan, angka kunjungan pasien kanker paru pada pusat rujukan respirasi nasional meningkat hampir 10 kali lipat dibandingkan 15 tahun lalu.

Baca juga: Serat dan yogurt bantu turunkan risiko kena kanker paru

Ia mengatakan tingginya peningkatan tersebut dipicu oleh faktor risiko terutama rokok. Selain itu, para penderita kanker paru juga disebabkan oleh perokok pasif.

Selain itu, kanker paru juga bisa disebabkan oleh polusi udara di lingkungan dan sedikit dipengaruhi oleh faktor genetik.

Lebih parah lagi, ujar dia, hampir 80 persen penderita kanker paru baru mengetahui atau datang berobat saat sudah stadium lanjut. Sehingga, ke depan dibutuhkan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat terkait deteksi dini.

Baca juga: Rumah Anda beratapkan abses? Awas risiko kena kanker paru

Sementara itu, salah seorang penyintas kanker paru Willem mengatakan awalnya terserang penyakit tersebut pada akhir 2017 yang diawali batuk-batuk.

"Akhir 2017 itu saya batuk-batuk dan berlanjut hingga Januari 2018. Setelah saya minum obat agak mulai berkurang," katanya.

Namun, karena tak kunjung sembuh total pada Maret 2018 Willem memutuskan untuk memeriksa kesehatan tubuhnya dengan cara dirontgen dan menemukan adanya flek hitam pada paru.

"Padahal saya tidak merokok, di kantor juga tidak merokok. Terakhir saya merokok itu 1992," katanya.

Sebagai penyintas kanker paru, ia mengaku awalnya sama sekali tidak mengetahui jika mengidap penyakit itu. Selain menderita cukup parah, Willem juga mengaku kesulitan dalam proses pengobatan menggunakan BPJS Kesehatan.

"Pakai BPJS Kesehatan lama prosedurnya. Akhirnya saya tidak pakai BPJS lagi," kata dia.

Baca juga: Rokok elektrik bisa sebabkan kanker, penyakit paru, hingga TB
Baca juga: PDPI ingatkan kesadaran masyarakat bahaya kanker paru
Baca juga: Perokok aktif wajib lakukan pemeriksaan tahunan kanker paru

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020