Oleh sebab itu, kita harus mencari pasar baru (negara lain), karena kita tidak tahu berapa lama virus corona itu bisa hilang
Makassar (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan pemerintah akan mencari pasar baru untuk mengekspor hasil industri dalam negeri menyusul wabah virus corona di China yang belum usai.
"Oleh sebab itu, kita harus mencari pasar baru (negara lain), karena kita tidak tahu berapa lama virus corona itu bisa hilang. Sebab, kalau hasil industri tidak bisa diserap China, mereka (industri) 'terpaksa' harus mengurangi likuiditasnya, kan sayang," tutur Agus di Balai Diklat Industri Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.
Menurut dia, China adalah satu di antara negara tujuan ekspor terbesar dari hasil produk industri Indonesia Selain itu, negara tersebut menyerap banyak produk ekspor dari Indonesia.
Baca juga: Menperin ungkap strategi dorong ekspor industri nasional
Dengan merebaknya virus corona, kata dia, harus dilihat apakah daya beli baik itu masyarakat maupun industrinya akan turun atau tidak. Bila turun tentu memengaruhi permintaan untuk barang ekspor Indonesia ke China.
Berkaitan dengan impor barang dari Negeri Tirai Bambu itu, Agus mengemukakkan, ada pengaruhnya karena pasti ada proses produksi di Tiongkok yang memengaruhi industri dalam negeri dalam hal bahan baku.
Ia mencontohkan banyak bahan baku yang dibutuhkan industri di Indonesia harus diimpor dari negara lain termasuk China. Karena keterbatasan dan ada wabah di sana maka bahan yang digunakan tidak bisa dipenuhi.
Baca juga: Menperin sebut industri pengolahan jadi andalan ekspor nasional
"Jadi impor itu belum tentu jelek. Impor jangan selalu dilihat dengan persepsi negatif, karena banyakan impor itu dibutuhkan untuk bahan baku industri kita sendiri," paparnya.
Untuk itu, melihat kondisi kekinian, serta jangka menengah dan jangka panjang, Pemerintah Indonesia mesti mencari dan mengupayakan bahan baku lokal, agar mendorong industri tidak mengimpor dan menggunakan bahan baku itu di negeri sendiri.
"Memang dari China keperluan atau kebutuhan bahan baku kita untuk industri, sekitar 30 persen," beber politikus asal Partai Golkar ini.
Pertanyaannya adalah, lanjut dia, dalam kondisi menghadapi virus corona ini apakah industri mereka masih berproduksi dengan normal. Artinya, hilirisasi masih terjaga dan normal ketika diserang virus corona.
"Tapi kalau hilirisasi mereka turun, tentu kebutuhan bahan baku kita akan ikut berdampak," ucapnya menjelaskan.
Baca juga: Industri elektronik RI didorong rebut pasar AS
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020