Wabah virus corona memang persoalan global. Tapi dunia tetap melihat itu sifatnya temporer. Dengan sudah ditemukannya vaksin, diperkirakan kejadian tersebut berlangsung selama enam bulan
Mataram (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada pada kisaran 5,1-5,5 dengan limit 5,3 persen meskipun China dilanda wabah virus corona dan menyebar ke beberapa negara sehingga mempengaruhi sektor perekonomian.
"Wabah virus corona memang persoalan global. Tapi dunia tetap melihat itu sifatnya temporer. Dengan sudah ditemukannya vaksin, diperkirakan kejadian tersebut berlangsung selama enam bulan," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Mataram, Senin.
Optimisme pertumbuhan ekonomi berada dalam tren positif tersebut disampaikan sebelum membuka dialog bertema "Pemanfaatan wakaf dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah" di Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB.
Baca juga: Luhut sebut ada corona, tahun 2020 tumbuh 5 persen sudah bagus
Menurut Budi, pertumbuhan ekonomi pada semester I 2020 kemungkinan melambat. Tapi setelah itu diperkirakan akan membaik seiring dengan proses pemulihan dampak virus corona yang dilakukan oleh Pemerintah China.
"Kuncinya seberapa cepat China menemukan vaksin. Tapi kalau dilihat, semua kebijakan Pemerintah China sudah sangat ekspansif untuk menyelesaikan permasalahan yang ada," ujarnya.
Budi juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 bisa lebih tinggi dibandingkan 2019 yang ditutup pada posisi stabil, yakni 5,02 persen.
Faktor yang mendorong adalah kebijakan BI yang menurunkan suku bunga sejak pertengahan 2019. Kebijakan tersebut seharusnya mulai berdampak 2020.
Baca juga: Dampak corona, Apindo nilai perlu koreksi target pertumbuhan ekonomi
Selain itu, perdagangan Amerika Serikat dan China pada fase pertama sudah ditandatangani, dan sudah masuk pada fase kedua. Hal itu memberi optimisme bahwa ekonomi perdagangan dunia akan lebih baik dibandingkan pada 2019.
Jika perdagangan dunia sudah membaik maka akan mendorong harga komoditas meningkat. Kondisi tersebut diharapkan bisa mempengaruhi kinerja ekspor, sehingga pendapatan eksportir bertambah. Begitu juga dengan pendapatan nasional meningkat dan konsumsi juga lebih baik.
"Kalau ekspor meningkat, maka kebutuhan untuk produsen, untuk barang yang diekspor akan lebih besar. Jadi akan meningkatkan pendapatan nasional dan investasi juga meningkat," kata Budi.
Baca juga: BPS catat ekonomi Indonesia pada 2019 tumbuh 5,02 persen
Pewarta: Awaludin
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020