Tampaksiring (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla mempertanyakan hasil sebuah survei yang menyebutkan Jusuf Kalla mempunyai peluang besar untuk terpilih menjadi presiden untuk pemilihan 2009 jika berpasangan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.

"Responden survei itu paling-paling berkisat antara 1.000 hingga 1.500 orang. Sedangkan jumlah pemilih pada pilpres mendatang sekitar 170 juta orang, sehingga apakah responden itu bisa mencerminkan pikiran jutaan pemilih tersebut," katanya kepada pers di Istana Tampaksiring-Bali, Rabu.

Jusuf Kalla mengatakan hasil survei tersebut bisa bersikap bias karena hasil survei tersebut sangat bergantung kepada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepara para responden tersebut.

Jusuf Kalla yang juga merupakan wakil presiden itu mengatakan hasil survei tersebut akan sangat bergantung kepada posisi para responden.

Ia menyebutkan hasil berbagai survei bisa menghasilkan berbagai jawaban yang tidak sama terutama mengenai calon paling kuat presiden dan wakil presiden mendatang.

Sekalipun ia mempertanyakan hasil survei tersebut, namun survei ini bisa juga dimanfaatkan memperhatikan kecenderungan atau tren pikiran serta pendapat para calon pemilih tersebut.

Namun hasil survei tersebut baik juga untuk membayangkan tren para calon pemilih, kata Jusuf Kalla sesaat mengelilingi Istana Tampaksiring bersama Mufidah Kalla bersama anak dan cucunya.

Sementara itu, ketika ditanya wartawan tentang dampak krisis global yang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia, Jusuf Kalla mengatakan ekonomi Indonesia juga akan sangat tergantung kepada proses pemulihan ekonomi di Amerika Serikat terutama yang menyangkut masalah "bailout".

Namun, ia mengatakan situasi ekonomi di dalam negeri masih cukup baik, karena permintaan berbagai jenis barang dan jasa domestik masih cukup tinggi.

Karena itu, Ia mengatakan pemerintah akan tetap melindungi industri dalam negeri, terutama tekstil dan produk tekstil serta alas sepatu yang bisa mendorong ekonomi, termasuk komoditas ekspor.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008