Pasar tampaknya berkembang lebih gugup tentang wabah di China

Chicago (ANTARA) - Harga emas naik lagi untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat wabah Virus Ccorona dan suku bunga yang lebih rendah secara global mengimbangi data ekonomi AS yang kuat.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April naik 3,4 dolar A, atau 0,22 persen, menjadi menetap di 1.573,40 dolar AS per ounce di divisi COMEX New York Mercantile Exchange. Sehari sebelumnya, emas berjangka juga naik 7,2 dolar AS atau 0,46 persen menjadi 1,570 dolar AS per ounce.

Sementara di pasar spot, harga emas menguat 0,30 persen menjadi 1.570,52 dolar AS per ounce pada 18.42 GMT, tetapi turun sekitar 1,2 persen minggu ini. Ini berada di jalur untuk kerugian mingguan terbesar sejak awal November.

"Pasar tampaknya berkembang lebih gugup tentang wabah di China," kata Kepala Perdagangan Derivatif Logam Dasar dan Mulia BMO, Tai Wong. “Reaksi tajam, cepat, dan berlawanan dengan emas sangat jelas. Ada permintaan yang baik di sini dalam menghadapi sinyal ekonomi yang sangat kuat."

Data penggajian atau payroll non-pertanian AS meningkat sebanyak 225.000 pekerjaan bulan lalu, data menunjukkan, lebih tinggi dari penambahan160.000 pekerjaan yang diharapkan oleh jajak pendapat Reuters.

Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian seputar Virus Corona membuat emas tetap didukung, kata Edward Moya, seorang analis pasar senior di broker OANDA.

Wabah Virus Corona di China, yang telah menewaskan lebih dari 600 orang dan menginfeksi ribuan orang, telah membuat investor tertarik kepada aset-aset berisiko.

“Lompatan besar dalam kasus yang dilaporkan atau bahkan tindakan karantina yang lebih keras yang bertentangan dengan cerita angka resmi dapat mendorong emas kembali ke level 1.600 dolar. Namun, beberapa kabar baik yang tidak dapat dibantah keluar dari China dan/atau penjualan obligasi yang tajam dapat memicu pembalikan," kata Wong.

Juga mendukung emas adalah suku bunga rendah oleh bank-bank sentral utama di seluruh dunia dan kebijakan pelonggaran kuantitatif mereka.

Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah pada pertemuan kebijakan Januari, mengutip pertumbuhan ekonomi yang moderat dan pasar pekerjaan yang kuat.

Emas adalah tempat yang aman bagi para investor ketika terjadi ketidakpastian ekonomi dan keuangan, dan suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang kerugian memegang logam yang tidak memberikan imbal hasil.

Namun, lonjakan dolar ke level terkuat sejak pertengahan Oktober terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, telah membatasi kenaikan emas.

"Lingkungan untuk emas masih mendukung dan penembusan level 1.575 dolar AS dapat membuka ruang untuk reli lain ke ambang penting 1.600 dolar," kata Kepala Analis ActivTrades, Carlo Alberto De Casa.

Di sisi lain, paladium turun 1,2 persen menjadi 2.319,23 dolar AS per ounce tetapi berada di jalur untuk kenaikan mingguan pertama dalam tiga.

Perak di pasar spot tergelincir 0,6 persen menjadi 17,71 dolar AS, ditetapkan untuk minggu terburuk dalam dua bulan, sementara platinum naik 0,5 persen menjadi 966,36 dolar AS per ounce.

Sementara di pasar berjangka, perak untuk pengiriman Maret turun 12,6 sen atau 0,71 persen, menjadi ditutup pada 17,692 dolar AS per ounce. Platinum untuk penyerahan April bertambah 1,8 dolar AS atau 0,19 persen, menjadi menetap di 969,2 dolar AS per ounce.

Baca juga: Dolar melonjak ke tertinggi 4 bulan, ditopang data pekerjaan AS

Baca juga: Bursa Inggris ditutup turun 0,51 persen, tertekan saham kesehatan

Baca juga: Bursa Jerman ditutup turun 0,45 persen, saham Daimler jatuh

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020