Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan menjajaki kemungkinan ekspor beras pada 2009 menyusul tercapainya swasembada dan surplus produksi beras dalam negeri tahun ini.

"Tahun 2009 mungkin ada penjajakan seperti itu (ekspor beras)," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurthi di Gedung AA Maramis Depkeu Jakarta, Rabu.

Menurut Bayu, dalam pengalaman sebelumnya, Indonesia juga pernah mengekspor beras ke luar negeri di antaranya Afrika ketika produksi beras surplus.

"Sekarang ketika kita mau mengekspor beras kita, respon dari mereka adalah menanyakan apakah Indonesia akan kontinyu mengekspor beras," katanya.

Bayu mengakui bahwa pemerintah akan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri ketimbang ekspor sehingga ekspor harus dipertimbangkan secara teliti.

"Namun pengalaman selama ini, impor beras dilakukan secara terbatas yaitu untuk jenis beras khusus yang tidak dihasilkan Indonesia," katanya.

Bayu menyebutkan, sejak 2005, pemerintah telah menerbitkan 4 kali kebijakan perberasan dalam bentuk Inpres dan terakhir Inpres nomor 8 tanggal 24 Desember 2008.

Pada 2007, terjadi peningkatan produksi hingga 4,9 persen dan tahun 2008 sebesar 5,5 persen sehingga Indonesia diperhitungkan telah mencapai swasembada beras dengan memproduksi 38,6 juta ton beras dengan kebutuhan konsumsi dan stok dalam negeri sekitar 37 juta ton.

Juga ada stabilitas harga beras dalam negeri pada saat terjadi gejolak harga pangan dunia selama 2008. Data selama 2008 menunjukkan bahwa tingkat fluktuasi harga di luar negeri untuk beras umum 112 kali lebih besar dibanding harga dalam negeri dan untuk beras medium di luar negeri 31 kali lipat lebih fluktuatif dibanding dalam negeri.

"Stok pemerintah yang dikelola Bulog pada akhir 2008 mencapai 1,4 juta ton, dalam bentuk beras kualitas medium maupun premium," kata Bayu.

Pemerintah juga telah menyalurkan beras bersubsidi bagi 19,1 juta rumah tangga sasaran dengan penyaluran sebanyak 3,16 juta ton per 22 Desember 2008.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008