New York, (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia merosot di bawah 40 dolar AS per barel pada Selasa waktu setempat, karena pasar fokus terhadap melemahnya permintaan energi setelah sehari sebelumnya naik tajam di tengah konflik Israel-Hamas, kata para dealer. Seperti dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Februari, ditutup turun 99 sen menjadi 39,03 dolar AS per barel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari, turun 40 sen menjadi mantap pada 40,15 dolar AS per barel. Kedua acuan kontrak telah naik lebih dari dua dolar AS pada Senin, di tengah eskalasi hari ketiga kerusuhan antara Israel dan Hamas yang menewaskan ratusan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina. Israel melakukan pengeboman besar-besaran dengan target basis-basis Hamas di Jalur Gaza pada Sabtu, sebagai respon atas serangan roket ke wilayahnya. Harga minyak naik karena sebuah "premi risiko politik" akibat kekerasan di Jalur Gaza, kata Jonathan Kornafel dari grup perdagangan Hudson Capital Energy. Namun Kornafel mengatakan, melemahnya permintaan energi sekarang membebani minyak mentah berjangka. "Meski bereaksi terhadap kekerasan Israel di Jalur Gaza, para pedagang minyak telah memikirkan apakah gerakan (kenaikan) itu, tercipta sebagian oleh konflik ini, yang berkelanjutan untuk jangka panjang," kata Phil Flynn, seorang analis dari Alaron Trading. Serangan Israel telah memicu kekhawatiran meluasnya ketegangan di kawasan kaya minyak Timur Tengah, sementara volume perdagangan tipis di tengah jelang libur akhir tahun juga memberikan kontribusi terhadap volatilitas harga. Penurunan ekonomi global telah memangkas permintaan minyak dunia, menyeret turun harga minyak mentah dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel pada Juli. Minyak mentah New York jatuh pada awal bulan ini menjadi di bawah 33 dolar AS, poin terendah untuk hampir lima tahun terakhir. Para analis mengatakan Senin, kenaikan harga juga didukung oleh kepercayaan bahwa kartel produsen minyak OPEC memotong produksinya sejalan dengan pengumumannya awal bulan ini. Sebelumnya, OPEC sering kali mengurangi produksinya dengan hanya memenuhi sebagian dari kesepakatannya. "OPEC tampaknya serius tentang pengurangan produksi belakangan ini, dan ini akan mulai dipotong dalam tahun baru ini," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008