Jambi (ANTARA News) - Abrasi pantai timur di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, telah mengancam berbagai komoditas laut baik yang hidup dalam habitat aslinya maupun yang dikembangkan oleh nelayan setempat.
Rusaknya hutan bakau akibat pencurian kayu di Taman Nasional Berbak adalah penyebab utama terjadinya abrasi yang mengancam kehidupan kepiting, udang kerang, dan lainnya.
Sekda Kabupaten Tanjung Jabung Timur Edi Kadir di Jambi Selasa mengatakan, tingginya minat masyarakat atau nelayan mengembangkan kepiting dan komiditas laut lainnya menjadi terhambat.
"Kepiting yang hidup di kawasan hutan bakau, atau lebih dikenal dengan kepiting hutan bakau, merupakan salah satu potensi kekayaan laut di Jambi yang sedang digalakkan," katanya.
Pola budidaya kepiting hutan bakau melalui keramba itu, dalam satu bulannya bisa dilakukan dua kali masa panen lewat proses penggemukan. Dalam waktu 15 hari proses penggemukan, bobot kepiting sudah 30 persen lebih besar.
Fungsi hutan bakau itu tidak saja sebagai penyangga air laut, tapi juga tempat tumbuh dan berkembangnya hewan laut, seperti udang, kepiting, ikan pari dan lainnya.
Diakui pengamanan hutan bakau belum optimal, karena masih minimnya sarana dan fasilitas yang dimiliki aparat keamanan, khususnya Polisi Perairan dan TNI-AL.
Secara bertahap pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur terus meningkatkan pengadaan sarana dan peralatan bagi aparat untuk mengamankan hutan bakau, kendati wewenang pengelolaan taman nasional itu di bawah kendali pemerintah pusat.
Hutan bakau di pantai timur seluas 64.749 hektar itu, kerusakannya sudah mencapai 251 hektar lebih atau 6,2 persen, bila itu tidak segera dihentikan, maka habitat laut akan punah dan usaha budidaya yang dilakukan juga akan gagal.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008