New Delhi (ANTARA News) - Pemerintah New Delhi hari Jumat mengimbau warganegara India tidak mengunjungi Pakistan di tengah ketegangan antara kedua negara itu terkait dengan serangan-serangan Mumbai bulan lalu yang dituduhkan pada kelompok militan yang berpangkalan di Pakistan. Seorang jurubicara Kementerian Luar Negeri India mengatakan, laporan-laporan di media Pakistan yang mengaitkan serangan bom di kota Lahore Pakistan dengan penangkapan sejumlah orang India di negara itu membuat warganegara India tidak aman mengunjungi Pakistan. "Warga India karenanya dinasihati bahwa melakukan perjalanan ke atau berada di Pakistan tidak aman," kata jurubicara kementerian itu, Vishnu Prakash, kepada wartawan di New Delhi, seperti dilaporkan AFP.            Rabu, seorang wanita tewas dan empat lain cedera ketika sebuah bom meledak di jalan utama di kota Lahore, Pakistan timur.            Laporan-laporan di media Pakistan mengutip beberapa sumber yang mengatakan, seorang warga India ditangkap tak lama setelah ledakan itu, yang kemudian mengarah pada penangkapan sejumlah warga lain India terkait dengan serangan tersebut.            Islamabad sejauh ini belum mengkonfirmasi atau membantah laporan-laporan itu.            Jurubicara India itu mengatakan, tuduhan-tuduhan tersebut direkayasa oleh "badan-badan Pakistan yang beroperasi di luar kendali hukum dan sipil" sebagai propaganda anti-India.            "Ada laporan-laporan di media Pakistan bahwa sejumlah warga India ditangkap dalam dua hari terakhir di Lahore dan Multan, dan mereka dituduh sebagai teroris," kata Prakash.            "Tampaknya ini adalah pekerjaan badan-badan lain di Pakistan yang beroperasi di luar kendali hukum dan sipil," kata jurubicara itu.            Hubungan antara India dan Pakistan memburuk sejak serangan-serangan di Mumbai bulan lalu.            Serangan 60 jam di Mumbai oleh gerilyawan muslim yang dimulai pada tengah malam 26 November itu menewaskan 172 orang dan mencederai ratusan lain.            Sejumlah warga asing termasuk diantara korban yang tewas dalam serangan-serangan militan itu, menurut pernyataan para pejabat di India dan negara tempat asal korban.            Sebuah kelompok tak dikenal yang menamakan diri Deccan Mujahedeen mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, dan seorang bersenjata mengatakan kepada saluran televisi India melalui telefon bahwa mereka berasal dari India dan melakukan serangan itu karena perlakuan terhadap muslim India.            Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.            Serangan-serangan Mumbai itu juga telah menimbulkan ketegangan baru antara India dan Pakistan. India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.            India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.            Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir. Laporan-laporan terakhir intelijen India menunjukkan kenaikan tajam dalam upaya penyusupan militan melewati garis pengawasan yang dibantu pasukan perbatasan Pakistan.            Kashmir, sebuah wilayah di kawasan pegunungan Himalaya, terbagi atas daerah-daerah yang dikuasai India dan Pakistan.            Kashmir India adalah satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.            Lebih dari 40.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.            Pemberontak Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.            New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pemberontak Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008