Bengkulu (ANTARA News) - Hasil analisis kamera track, populasi harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumaterae) di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seluas 14 juta hektare selama 2004-2007 tinggal 136 ekor, demikian Program Manager Monitoring Harimau Sumatera Fauna Flora internasional (FFI) TNKS, Yoan Dinata, Jumat.
TNKS berada di empat provinsi yakni Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu dimana provinsi terakhir ini adalah daerah paling tinggi kerusakan hutan serta paling kerap memburu satwa langka itu.
Yoan mengatakan tingkat kerusakan hutan di Bengkulu mencapai 1-1,84 persen tiap tahuan, akibat perambahan liar dan pembukaan lahan perkebunan yang akhirnya mempersempit habitat harimau sumatera.
Tingginya tingkat kerusakan hutan dan perburuan satwa langka mengakibatkan harimau dan manusia berebut habitat hidup.
"Rusaknya habitat oleh pembukaan hutan di luar pembangunan kehutanan dan berkurangnya makanan harimau adalah akibat perburuan liar," terangnya.
Tingkat kesadaran masyarakat khususnya dalam pelestarian satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang, sangat kurang, malah mereka makin kerap memburu harimau karena nilai ekonominya tinggi.
Di sisi lain, tingkat perkembangbiakan harimau sumatera sangat rendah karena ruang jelajah satwa yang sempit sehingga menghambat proses perkawinan dan mencari pasangan kawin.
"Padahal Harimau Sumatera mempunyai ruang jelajah cukup luas yakni 100 kilometer persegi untuk satu ekor," katanya.
Untuk membuat masyarakat makin sadar, Balai Konservasi Sumber Daya Alam sebagai penjaga kawasan konservasi harus lebih rutin lagi memberikan penyuluhan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008