Gorontalo (ANTARA News) - Beberapa siswa yang mengikuti pelaksanaan Simulasi Tsunami atau Tsunami Drill di Kota Gorontalo jatuh pingsan, akibat desakan ribuan peserta yang mengikuti simulasi.
Sebanyak lima siswa SMP langsung dilarikan ke tenda pengungsian, yang sebelumnya memang disediakan sebagai tempat pengobatan korban dalam simulasi tersebut.
"Saya jatuh karena tak kuat lagi berlari, apalagi semua berdesakan," ujar Ain, siswi SMP Negeri I Kota Gorontalo yang benar-benar jatuh pingsan.
Ia mengaku benar-benar panik dan berlari kencang menuju Sekretariat Tsunami Drill ketika sirene Tsunami dibunyikan oleh para petugas di lapangan.
Sementara itu, siswa lainnya yang pingsan juga diberikan pertolongan pertama serta dibantu dengan tabung oksigen oleh paramedis yang ada.
Sejumlah petugas Palang Merah Indonesia (PMI) serta paramedis lainnya bahkan sempat bingung menangani mana peserta yang benar-benar pingsan dan pasien yang sudah direncanakan sebagai korban dalam simulasi.
Siswi lainnya, Siska, mengaku pingsan karena tak tahan dengan teriknya matahari setelah berlari sekitar seratus meter dari sebuah lapangan menuju tempat pengungsian.
"Saya tadi belum sempat sarapan, makanya langsung pusing saat lari tadi," ujarnya.
Simulasi Tsunami yang dimulai tepat pukul 07.30 Wita di Kelurahan Leato, Kota Gorontalo, tersebut melibatkan sekitar lima ribu peserta yang berasal dari warga setempat, para siswa, guru, nelayan, TNI, Polisi, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Basarnas, PMI serta unsur pemerintah.
Tsunami Drill digelar setiap tahun di daerah yang ditunjuk sebagai salah satu peringatan tsunami di Aceh yang terjadi 2004 lalu. Kegiatan ini diadakan untuk memelihara kesiagaan dan kesiapan masyarakat, terutama di kawasan yang rawan tsunami, bila bencana itu datang. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008