New York (ANTARA) - Harga minyak merosot sekitar satu persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), ketika kekhawatiran pasar bahwa permintaan energi akan menerima pukulan jangka panjang dari wabah virus corona sehingga mendorong lebih banyak pengurangan produksi dari OPEC dan sekutunya.
Minyak mentah berjangka Brent ditutup pada 53,96 dolar AS per barel, melemah 49 sen atau 0,9 persen, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) menetap di 49,61 dolar AS per barel, kehilangan 50 sen atau 1 persen. Kedua acuan harga minyak berada pada titik terendah sejak Januari 2019.
"Saya pikir ketakutan akan kehancuran permintaan terus benar-benar ada di pasar," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Baca juga: Minyak turun tertekan kekhawatiran melemahnya permintaan
Harga minyak merosot tajam selama dua minggu terakhir di tengah kekhawatiran atas dampak ekonomi global dari virus corona China, yang pada Selasa (4/2/2020) telah menewaskan 427 nyawa, menginfeksi 20.438 di daratan China dan telah terdeteksi di sekitar dua lusin negara.
Pada awal perdagangan, harga minyak melambung lebih tinggi di tengah harapan pengurangan produksi lebih lanjut dari OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia.
Komite OPEC+ menimbang dampak pada permintaan minyak global dan pertumbuhan ekonomi dari wabah virus korona pada sebuah pertemuan, mendengar dari utusan China untuk PBB di Wina dan membahas bagaimana meresponsnya.
Baca juga: Minyak turun karena wabah corona guncang prediksi pertumbuhan ekonomi
Sumber yang dekat dengan masalah ini mengatakan kepada Reuters bahwa OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk mengurangi produksi minyak mentah sebanyak 500.000 barel per hari (bph).
Namun, kelompok produsen dapat menghadapi perjuangan yang berat untuk melakukan lebih banyak pemotongan segera setelah pakta yang ada disetujui dan karena ketidakpastian mengenai berapa lama krisis virus akan berlangsung.
"Jika kelompok produsen percaya wabah itu dapat dikendalikan, dengan efek mereda setelah periode singkat, seperti SARS, mereka memiliki opsi untuk bertahan dan menghadapi lingkungan harga yang lebih rendah sampai permintaan kembali," kata kepala strategi global komoditas di BNP Paribas, Harry Tchilinguirian, kepada Reuters Global Oil Forum.
Baca juga: Sepekan, dampak corona pada perekonomian sampai harga Pertamax turun
Kenaikan harga juga dibatasi oleh komentar Menteri Energi Rusia Alexander Novak bahwa ia tidak yakin saatnya untuk memperketat pembatasan produksi minyak.
Kepala keuangan BP Brian Gilvary mengatakan kepada Reuters dampak ekonomi dari virus corona akan mengurangi konsumsi minyak sepanjang tahun sebesar 300.000 hingga 500.000 barel per hari, sekitar 0,5 persen dari permintaan global.
Goldman Sachs memperingatkan bahwa dampak wabah pada permintaan kemungkinan akan membuat volatilitas harga spot naik.
"Harga minyak sekarang berada pada level di mana kita akan mengharapkan respons pasokan dari OPEC dan produsen serpih, dan di mana China kemungkinan akan berusaha untuk membangun persediaan minyak mentah," kata Goldman dalam sebuah catatan.
Baca juga: Korban tewas corona naik, minyak jatuh ke posisi terendah 3 bulan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020