London, (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia jatuh pada Rabu waktu setempat, ke poin terendah baru dalam empat tahun terakhir di London.

Seperti dilaporkan AFP, di InterContinental Exchange (ICE), London, harga minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Februari turun ke posisi terendah 37,49 dolar AS per barel -- level terendah sejak 13 Desember 2004.

Minyak mentah brent terakhir berada pada 38,79 dolar AS per barel, turun 1,57 dolar dari penutupan Selasa.

Minyak mentah light sweet untuk penyerahan Februari merosot 1,34 dolar AS menjadi 37,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX).

"Berlanjutnya kekhawatiran ekonomi menjadi fokus dengan ekspektasi terus melemahnya permintaann menekan harga turun," kata analis dari konsultan energi John Hall Associates.

Minyak mentah New York untuk pengiriman Januari telah jatuh Jumat lalu menjadi 32,40 dolar AS -- posisi terendah sejak 9 Februari 2004 -- karena para investor berlomba menjual sebelum kontrak jatuh tempo.

Harga minyak mentah sekarang telah jatuh hingga 78 persen dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS per barel pada Juli, karena penurunan ekonomi global memangkas permintaan dunia untuk energi.

Harga minyak naik kembali pada Rabu, setelah departemen enrgi AS (DoE) mengatakan stok minyak mentah Amerika turun tajam pekan lalu -- memberikan kesan permintaan mantap di konsumen energi terbesar dunia tersebut.

Cadangan minyak mentah AS merosot 3,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 19 Desember, jauh dari ekspektasi pasar.

Akan tetapi, DoE menambahkan cadangan minyak mentah tersebut 9,1 persen lebih tinggi daripada cadangan periode sama tahun lalu.

Para analis mengatakan, data AS baru-baru ini menunjukkan bahwa ekonomi terbesar dunia masih dalam resesi yang kemungkinan akan menjaga harga minyak mentah di bawah tekanan.

Data resmi yang dirilis Selasa, mengkonfirmasikan ekonomi Amerika merosot 0,5 persen dalam kuartal ketiga tahun ini.

Kontraksi tersebut tampak sebagai awal dari penurunan curam ekonomi Amerika Serikat setelah mencatat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2,8 persen dalam kuartal kedua.

"Itu hanya beberapa dari sisi ekonomi," kata Jason Feer, wakil presiden analis pasar energi  Argus Media yang berbasis di Singapura.

"Di sana tidak ada sinyal suatu pemulihan ekonomi yang akan mendorong permintaan minyak naik."

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memproduksi 40 persen minyak mentah dunia, pekan lalu, menyepakati pemangkasan produksi 2,2 juta barel per hari untuk menopang pasar. Namun harga masih terus merosot.(*)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008