Jakarta  (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, menilai rupiah saat ini masih aman, sekalipun permintaan dolar AS oleh pelaku pasar meningkat.
 
Dolar memang masih dibutuhkan pelaku pasar untuk menyambut liburan panjang tahun ini, karena itu koreksi terhadap rupiah terus terjadi sehingga akan mendorong Bank Indonesia (BI) sewaktu-waktu turun ke pasar," kata Edwin Sinaga, yang juga Direktur Utama PT Finance Corpindo, di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, tekanan pasar yang membuat rupiah terus merosot hingga mendekati angka Rp11.200 per dolar AS belum mengkhawatirkan, karena peluang rupiah untuk menguat masih ada.

Apalagi dengan adanya tanda-tanda dari BI bahwa laju inflasi Desember 2008 diperkirakan akan membaik dibanding bulan lalu akan memberikan sentimen positif terhadap suku bunga acuan BI, BI Rate, untuk kembali bergerak turun, katanya.

Selain itu, menurut dia, pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya mencari dana pinjaman untuk menstabilkan nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi nasional agar dapat berjalan sesuai dengan target yang sudah ditentukan.

Namun upaya pemerintah memang belum dapat dirasakan manfaatnya, karena dana yang dipinjamkan itu masih belum direalisasikan, ucapnya.

lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga telah menurunkan harga premium dan solar sebesar Rp500 per liter, menyusul terus menurunnya harga minyak mentah dunia yang saat ini telah mencapai di bawah angka 40 dolar AS per barel.

Karena itu rupiah ke depan akan semakin baik, apalagi didukung dengan membaiknya krisis keuangan global yang bermula dari Amerika Serikat (AS) itu, ujarnya.

Pemerintah, katanya, juga berusaha memperkuat basis pasar domestik dengan mengurangi ketergantungan pada impor.

Upaya pemerinta itu antara lain aktif memberikan kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) dengan meningkatkan Kredit usaha Rakyat (KUR) yang semula Rp5 triliun menjadi Rp20 triliun, katanya.

Edwin Sinaga mengatakan, pemerintah terlihat sangat serius dalam mengatasi krisis keuangan global yang akan mengimbas ke Indonesia, meski imbasannya tidak begitu besar yang terbukti bahwa ekonomi nasional masih tetap tumbuh dibanding ekonomi negara-negara lain di Asia.

Apalagi perbankan nasional masih tetap dapat menyalurkan kredit kepada UKM, karena sektor tersebut merupakan sektor yang tahan banting terhadap tekanan krisis global.

Perbankan Indonesia ternyata lebih kuat dibandingkan negara lain karena dana di perbankan kita mayoritas merupakan milik penduduk Indonesia, berbeda dengan Singapura atau Malaysia yang mayoritas berasal dari asing," kata pengamat ekonomi lainnya, Ryan Kiryanto

Menurut dia, ketika krisis keuangan global terjadi banyak dana diperbankan Singapura dan Malaysia keluar.

"Ini yang menyebabkan mereka kemudian menetapkan `blanket guarantee` (jaminan menyeluruh), agar uang asing tetap berada di Singapura," katanya.
 
Perekonomian Indonesia yang menghasilkan bahan-bahan mentah dari sumber daya alam sangat menguntungkan, katanya.

Selain itu, menurut dia, bank-bank besar yang banyak fokus di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) membuat bank Indonesia kuat. "Sebab sektor ini lebih tahan krisis," katanya.  (*)

Copyright © ANTARA 2008