PBB, New York, (ANTARA/AFP) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Selasa, meminta peralihan kekuasaan di Guinea berlangsung damai dan demokratis setelah negara ini menjadi resah dan tempat sekelompok tentara melakukan kudeta tak lama setelah presiden negara Afrika Barat itu meninggal dalam usia 74 tahun. "Pada masa peralihan di Guinea ini, Sekreatis Jendral menekankan perlunya peralihan kekuasaan damai dan demokratis, sesuai dengan konstitusi," demikian Marie Okabe, wakil jurubicara PBB. "Ia menyerukan ketenangan dan mendesak semua pelaku untuk menghormati proses demokrasi." Negara Afrika barat yang kaya akan mineral itu menghadapi kekacauan ketika sekelompok tentara melancarkan kudeta, beberapa jam setelah Conte meninggal. Perencana kudeta mengatakan mereka telah membekukan undang-undang dasar dan membubarkan semua lembaga negara, sementara pemerintah bersikeras berkuasa dan meminta pengkudeta turun. Conte, yang telah memerintah negara miskin tapi kaya mineral itu dengan tangan besi selama empat tahun setelah merebut kekuasaan juga melalui kudeta, meninggal Senin malam, setelah lama menderita sakit. Pernyataan PBB itu mengatakan Ban "mengakui komitmen presiden Conte, yang sudah berjalan lama pada pemeliharaan perdamaian dan persatuan di Guinea dan pada peningkatan kestabilan dan kerjasama regional di Kolam Sungai Mano". Bos PBB itu menyebut khusus "kedermawanan Guinea dalam menampung ratusan ribu pengungsi yang melarikan diri dari konflik di sejumlah negara tetangga." (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008